29. Hidup yang Singkat pun Akhirnya Diakhiri

3.7K 439 234
                                    

WARNING 17+ suicide.

Dan dengan ini aku berusaha lenyap
Menjadi terbakar dan menjadi asap
Dan dengan ini aku menghilang
Menjadi bayangan dan hanya dikenang

Kenang, kenangan apa yang kamu pilih?
Kenang, kenangan apa yang merujuk padaku?
Apa hanya kenang yang membuat perih?
Apa hanya kenang yang menyakitimu?

Maka, kamu yang menjadi bintang dalam petang
Maka, kamu yang menjadi surya dalam fajar
Lupa, kamu mesti lupa lepaskan kekang
Lupa, kamu mesti lupa agar tak terkejar

Tinggalkan aku yang lenyap
Lenyap bersama kenangan yang meratap
Simpan kenang di ruang kedap dan senyap
Jangan buka, meskipun kamu sudah siap

Karena sesiap apa pun kamu
Akan runtuh kembali jika kenang tentangku
Datang kembali kepadamu
Bagai badai yang tak menentu

―kenangan dalam tempat senyap, twelveblossom (13 Maret 2021)

-oOo-

Aku tahu bagi Tala diriku memang tidak berarti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tahu bagi Tala diriku memang tidak berarti. Dia enggan menjaga perasaanku karena aku memang hanya Felicia. Semua orang tidak egois kepadaku, mereka berperilaku seenaknya tanpa peduli tindakan dan ucapan mereka menyakitiku.

Karena sekali lagi ... aku tidak berharga bagi siapa pun.

"Iya, aku tidur bersama dia," ucapan Tala ini berdengung dalam pikiran.

Aku menangis di hadapannya. Bukan tangisan yang bersuara, hanya air mata yang terus jatuh tanpa dapat aku kendalikan.

Aku merasa dibuang sekali lagi. Jika Tala menganggapku sebagai bagian dari dirinya yang harus dia jaga, seharusnya pria itu tidak mengatakan apa pun yang dapat membuatku terluka. Tala semestinya mengetahui apabila aku rela hidup dalam sebuah kebohongan. Meskipun, tidak secara gamblang pernah aku ucapkan, aku takut disakiti oleh manusia-manusia yang kusayangi.

"Felicia, hai. Kenapa kamu menangis?" Tala sudah bergerak, dia berlutut di depanku lalu menggenggam tangan ini.

Kenapa aku menangis?

Masih berani tanya?

"Mas Tala mau aku tonjok?" Aku bersuara di sela isakan yang menyebalkan ini. Aku memelototinya. "Dengar, aku tahu jika perasaan sukaku ini hanya lelucon bagi Mas Tala, tapi aku serius soal cemburu! Dan itu melukaiku," sambungku dengan suara serak.

Tala justru tertawa kecil, dia memelukku begitu saja. "Tentu saja kami tidur bersama. Para dokter berada di satu tenda besar, ranjang darurat yang ditata bersebelahan. Tempat tidurnya berada beberapa meter di sebelahku. Kami memang tidur bersama karena keadaan yang memaksa," jelasnya.

"Jadi yang dimaksud tidur berasama itu hanya sungguhan tidur," gumamku menyimpulkan.

"Hmmm."

"Mas Tala tahu kan, manusia yang suka berbohong lidahnya bakal digoreng di neraka," aku mengancamnya.

Oh My Husband!Where stories live. Discover now