33. Dia Yang Egois

7.8K 532 289
                                    

Felicia hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Felicia hari ini.

Pernah tidak kamu merasakan jika hidupmu sudah kosong? Seperti tidak memiliki apa pun sebagai tujuan. Tidak mempunyai alasan hanya sekedar untuk bangun dari tidur. Perasaan yang membuat bertanya-tanya, sebenarnya apa kegunaanmu tetap berada di dunia?

"Apa aku di sini hanya untuk menghabiskan pasokan oksigen?"

"Kalau aku hanya bisa menghabiskan oksigen, berarti dengan hidupnya aku, semua orang bakal merugi."

"Kayaknya, dunia bakal baik-baik saja tanpa aku."

"Dunia ini pasti bakal lebih baik, kalau aku enggak ada."

Kalimat-kalimat itu dilontarkan Felicia ketika dia berguling-guling di lantai. Felicia sedang merasa jika dia hidup hanya untuk dirinya sendiri, tidak ada faedahnya bagi orang lain. Jadi, dia hanya hidup karena belum waktunya mati. Sayangnya, Felicia tidak berkeyakinan hidupnya ini menyenangkan. Hah. Dia capek bernafas, lelah berpikir, dan bahkan juga terlalu letih mengeluh. Apalagi kini Felicia dikurung di dalam tempat yang mereka sebut rumah sakit. Setiap harinya, kegiatan Felicia terbatas di tempat ini dan selalu diawasi. Apa semua orang menganggap Felicia ini binatang langka yang perlu terus dikurung dan diamati? Felicia kan manusia yang punya hak untuk bebas, lepas serta terbang tinggi ke langit.

Kalau begini caranya, Felicia jadi bertanya-tanya, kapan aku mati?

"Aku ingin tahu rasanya mengepakkan sayap bersama burung unta," Felicia bergumam. Dia berdecak setelah ingat jika burung unta tidak bisa terbang. "Atau aku harus meminta Keluarga Ekadanta menciptakan sayap. Mereka kayaknya bisa melalukan hal mustahil menjadi nyata," gadis itu bermonolog.

Termasuk membuat hidupku begitu berantakan, mereka dapat melakukannya dengan mudah, batin Felicia.

Aku ingin tahu, apa lagi yang akan mereka ambil dariku karena sampai saat ini mereka tetap membiarkan aku hidup.

Padahal, aku sudah tidak memiliki apa pun yang dapat dibagikan kepada orang lain.

Felicia masih sibuk dengan pikirannya sembari menatap langit-langit saat telinganya mendengar suara langkah kaki mendekat. Seseorang masuk ke dalam kamar. Felicia tahu siapa yang datang tanpa harus melihat rupanya. Ia mengenali suara kaki Nabastala, segalanya soal pria itu Felicia hafal. Bukan maksud Felicia menjadi maniak akan Nabastala, tapi kenangan yang ada dalam serebrumnya sekarang semuanya soal pria itu. Bahkan Felicia sempat ingat jika dia pernah membuat perkumpulan aneh dengan nama Talaisme, Pemuja Tala, dan Talanesia.

Yah, bisa dibilang ingatannya yang kacau ini kadang membuatnya tidak dapat memilah emosi yang benar. Sebagian dari dirinya menginginkan Nabastala, lalu separuhnya lagi tidak. Entah lah, Felicia juga bingung dengan keadaannya sekarang.

Felicia menurut saja ketika orang yang datang tadi mengangkat kepala si gadis kemudian meletakkan bantal di bawah agar kepala Felicia tidak langsung bersentuhan dengan lantai. Caranya bergerak begitu hati-hati. Sepertinya, tidak ada orang yang lebih lembut dari pria itu. Sebenarnya, ada sih hanya saja, Felicia tidak memerhatikan mereka. Atensinya cuma tertuju kepada Nabastala. Namun, ia enggan mengakuinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oh My Husband!Where stories live. Discover now