19. Aku Berharap Waktu Berhenti, Tapi Tidak Bisa

4.9K 529 277
                                    

Vote dan komentar ya, biar bisa cepet update part 20🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Vote dan komentar ya, biar bisa cepet update part 20🥰

Aku tertawa nyaring ketika Tala menangkap tubuhku yang berlari menyusuri tepi pantai. Kami sedang menirukan adegan film komedi romantis, bercengkerama lucu sambil basah-basahan. Tala dan aku bermain air pada pagi hari setelah sarapan. Aku lekas mengajaknya ke pantai karena kemarin setibanya di Bali, kami hanya makan malam lalu tidur―Tala terlalu capek.

Aku membawa beberapa persiapan piknik pertama kami, menggelarnya di atas pasir putih. Acara piknik yang tenang hanya berjalan beberapa menit, setelah itu Tala menarikku berjalan di antara iringan ombak yang menerpa pasir. Kami bergandengan tangan, bermain air, dan saling mengejar.

“Kamu selalu suka pantai, Lizzy,” katanya di tengah deburan ombak yang pelan. “Sayangnya, aku terlalu sibuk untuk mengajak kamu ke pantai,” lanjutnya sembari menggenggam tanganku.

Aku pun berakhir mendorongnya ke arah air. Tala yang seksi dengan bajunya yang basah, menyenangkan pikiranku.

"Hahahahaha." Aku berlari lagi.

Tala sempat terpeleset saat mengikuti langkah lebarku. "Tertangkap," soraknya senang ketika berhasil mendekapku.

Kemeja Tala basah, menampilkan otot perutnya yang menerawang. Aku yang kini terperangkap dalam pelukannya dapat merasakan gesekan kulit kami, aku menggelitik pinggang Tala. Tala pun tergelak. Aku terpesona lagi kepadanya.

Bayangkan saja, manusia sekaku Nabastala ternyata bisa tertawa lebar. Dunia menjadi taman hiburan baginya. Satu sampai tiga kali, Tala sempat mencuri kecupan pada bibirku―melampiaskan kebahagiaannya.

Kami seperti pasangan suami istri betulan. Tala dan aku menikmati momen pura-pura ini. Kami berakting mesra bahkan tanpa kehadiran orang lain. Mulai dari tidur bersama (bukan bercinta ya hanya sebatas tidur), memberikan morning kiss, sentuhan lain seperti bergandengan tangan sampai berpelukan, dan Tala memanggilku dengan panggilan romantis (honey, darling, sugar, serta sayang).

“Mas Tala geli, jangan gini,” aku tertawa lepas karena Tala mulai menggelitikku. Aku berbalik agar raga kami saling berhadapan. Tanganku mengalung ke lehernya. “Mas Tala,” aku memanggilnya.

“Iya, Sayang?”

“Aku bahagia sekarang. Terima kasih sudah membuatku bahagia.” Aku mengecup pipinya. Angin laut menerbangkan surainya yang sedikit basah. “Aku kira pernikahan ini hanya sebatas formalitas. Aku tidak menyangka bersama Mas Tala sangat menyenangkan,” ujarku.

Ekspresi Tala berubah. Aku tidak tahu, tawa yang tadi melekat menjadi hilang. “Tapi kita harus tetap ingat jika ini hanya pura-pura. Seberapa pun kita menikmatinya,” ucapnya.

Aku mengangguk gamang. Hatiku rasanya anjlok sampai ke dasar.

“Mau makan seafood?” Tala memecahkan diamnya kami beserta lamunanku.

Oh My Husband!Where stories live. Discover now