4. Empat Maneken di Lensa Kamera

854 198 2
                                    

SARAPAN YANG BAIK menjanjikan hari yang tidak terlalu buruk, begitu ibuku pernah berkata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SARAPAN YANG BAIK menjanjikan hari yang tidak terlalu buruk, begitu ibuku pernah berkata. Memegang janji yang belum pernah kupikirkan betul-betul ketepatannya itu, aku hampir tidak pernah absen dari sarapan. Tak peduli jika malamnya aku tidak tidur sama sekali, atau tidak lapar sama sekali, sarapan kulaksanakan bagai ibadah yang khusyuk. Satu jam khidmat itu kubayang-bayangkan dihadiri kedua orangtuaku, penuh damai dan sejahtera.


Sarapan, dan hidup, di bawah atap rumah baruku tidaklah khidmat apalagi damai. Melainkan penuh huru-hara dengan sekelumit permasalahan yang membuatku ingin protes habis-habisan.


Mengenai Hayato. Seharusnya dia yang tinggal di rumah besar itu karena secara garis besar dia yang paling tahu apa kebutuhan RD LIGHT, siapa suka makan apa, siapa suka mengerjakan apa. Hayato paling mengerti cara mengendalikan emosi keempat cowok itu. Ketika kutanya mengapa dia tidak melakukannya, dia hanya mengangkat bahu dengan menyebalkan.


Isao suka berolahraga di tengah malam. Suatu malam saat akan buang air kecil, aku hampir pingsan, mengira ada hantu, yang ternyata hanyalah Isao baru pulang berolahraga dalam keadaan basah kuyup oleh keringat. Dia melengos ke kamar, memasang wajah judes yang tak ada gunanya. Membayangkan dia berkeliaran di tengah malam, menyusuri jalan-jalan sepi, aku langsung sakit kepala. Aku tahu budaya menjadi penggemar di Jepang sangat berbeda dengan negara-negara lain. Mereka menghormati privasi para bintang, tidak melewati batas. Tapi di jalanan sepi, bisa selalu ada penjahat berkeliaran, yang entah sedang lapar akan apa, bisa mencelakakan Isao.


Shigeru berbeda lagi. Dia jarang berada di kamar saat malam. Kamarnya gelap, dan aku yakin itu bukan karena dia sudah terlelap. Aku tidak menganggap bekerja larut itu sesuatu yang aneh. Banyak seniman melakukannya, aku pun sering. Tapi aku berharap paling tidak Shigeru memiliki kualitas sarapan yang lebih baik dari sekadar segelas kopi hitam. Pisang ada, buah-buahan segar lain juga tersedia di kulkas. Susu dan roti pun distok. Jika dia mempertahankan pola makan begitu, dia akan cepat mati.


Kazue memiliki kesibukannya sendiri; main gim dan giat merokok. Dari pagi ketemu pagi, tiap ada kesempatan, dia akan terlihat sedang merokok. Memang di band ini dia adalah pemain bass, yang tidak memerlukan kualitas pita suara seprima Shigeru atau stamina menabuh tanpa henti seperti Isao, atau napas panjang seperti yang Ryou butuhkan untuk meniup saxophone-nya. Tapi merokok seperti tidak ada makanan lain itu juga bisa membunuhmu kapan saja, kan?


Namun, aku sudah bertekad tidak akan melontarkan protes apa pun. Tugasku adalah melakukan pekerjaan ini tanpa cacat, bukan menjadi pengasuh mereka. Selama mereka menggajiku dengan baik dan pekerjaanku membuat mereka puas, aku tidak peduli apakah mereka mati besok atau diculik penjahat malam ini.


Jadwal hari itu adalah rapat pada pukul sepuluh pagi, tapi sejak pukul sembilan van yang dikendarai Hayato sudah parkir manis di Tokyo Green Fantasia. Aku duduk tidak nyaman di jok depan, gelisah. Ketika melirik ke belakang, aku mendapati Shigeru sedang tidur, Isao sibuk dengan laptopnya, Kazue memainkan mobile game, Ryou membaca buku tapi tampak mengantuk.

ЯD LIGHTWhere stories live. Discover now