11. Empat yang Dulu Berlima dan Pulau yang Jauh

705 175 3
                                    

AKU ADALAH ANAK KESAYANGAN AYAHKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AKU ADALAH ANAK KESAYANGAN AYAHKU. Juga anak kesayangan ibuku. Jika pada keluarga lain anak laki-laki selalu mendapat tempat istimewa, di rumahku tidak begitu. Rika selalu jadi yang pertama dan terutama. Kami menyayangi Riko, tapi adikku tahu aku selalu dapat perlakuan khusus. Kamar paling besar untuk Rika. Bagian paling enak dari ayam panggang Ibu untuk Rika. Camilan paling banyak untuk Rika. Baju Natal lebih mahal untuk Rika. Rika mendapatkan segala yang nomor satu.


Ibu dan ayahku takluk ketika melihatku lahir. Mereka mencintai segala yang ada padaku, tertawa untuk leluconku, menangis untuk lukaku, berkorban untuk kebahagiaanku. Mereka memberikan segalanya. Segalanya untuk membuat Rika bahagia.


"Pokoknya Kakak mau nonton konser Westlife, Ma. Dan maunya sama Papa-Mama," rengekku suatu hari.


"Nggak mau sama Dimas aja? Mama beliin deh tiketnya buat dia." Dimas itu anak tetangga rumah yang sudah menjadi temanku sejak kami baru belajar berjalan. Dia teman masa kecil yang menyenangkan, selalu menjagaku, sampai dia dan keluarganya memutuskan untuk bermigrasi ke Amerika mencari peruntungan lain.


"Nggak, maunya sama Papa-Mama. Lagian, Dimas nggak suka Westlife."


Aku tidak tahu kerasukan setan apa sampai dengan gigih melantunkan permintaan itu. Permintaan konyol yang telah membuatku mengutuki diri seumur hidup. Seumur hidup.


***


Waktu berlalu begitu saja, sekejap mata, dan tiba-tiba kami sudah dalam perjalanan menuju Narita. Hari-hariku usai seperti tak berbekas, luka hatiku sembuh dan berbekas.


Kini aku sudah terbiasa bangun pagi-pagi sekali, mengambil alih menyiapkan sarapan untuk seisi rumah dari Isao. Kazue belajar untuk tidak memegang ponsel di meja makan, dan sebagai gantinya dia senang menceritakan panjang-lebar soal gim itu padaku supaya aku mau menemaninya bermain. Dia berhasil, tapi ternyata aku sangat bodoh dalam soal bermain gim. Aku berkali-kali kalah dalam stage awal, otakku dungu jika harus menggerakkan jari dengan cepat pada joystick. Dia tidak menyerah. Misinya sekarang adalah membuatku mahir bermain gim.


Ryou sesekali menemaniku memasak. Dia akan memasang musik, biasanya berupa instrumen gitar atau saxophone favoritnya, di dapur dan bergerak seolah dirinya koki ternama. Sebenarnya, dalam hati aku mengakui, dia kelihatan seperti manusia tidak nyata dalam balutan apron. Terlalu indah.


Musik itu biasanya harus berhenti jika Isao sudah muncul. Karena sebelum menyapa siapa pun, dia akan menyalakan siaran berita dengan volume cukup besar—seolah ingin memastikan seisi rumah ikut mendengarkan. Kemudian dia akan menikmati sarapannya sambil membaca koran harian, dan sesekali mengomentari isu-isu politik atau ekonomi yang menarik perhatiannya. Meja makan terkadang berubah jadi ajang debat jika dia sudah terlalu bersemangat mengkritik apa yang terjadi di pemerintahan Jepang.

ЯD LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang