19. Sinyal Merah Berbahaya

670 168 5
                                    

Tidak ada yang memperingatkanku bahwa Isao memiliki ibu dan adik perempuan yang sangat cantik

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Tidak ada yang memperingatkanku bahwa Isao memiliki ibu dan adik perempuan yang sangat cantik. Kini aku tahu dari mana Isao mewarisi bulu mata lentiknya; ibunya. Sementara Aika Fukuda memiliki paras galak dengan bibir kecil memberengut, persis seperti Isao.



Aimi Fukuda tiba pagi ini, bersimbah air mata. Wanita itu berpembawaan lembut, dengan suara halus berwibawa yang tata katanya begitu rapi. Langkahnya kecil dan dijaga tidak mengeluarkan suara berisik, rambutnya yang sudah memutih disanggul sederhana di belakang, memberikan penampakan pada lehernya yang ramping. Pipinya bersemburat merah, jemarinya masih dipoles cat bening yang menawan. Siapa pun mungkin terkecoh dan mengira dia masih di awal empat puluhan, saat sebenarnya dia sudah di pertengahan lima puluhan. Yang jelas, sejak pertama kali Aimi Fukuda menginjakkan kaki di ruangan ini, suasana berubah. Itu pertama kalinya aku merasakan ada aroma ibu yang menemani RD LIGHT.



"Sudah berapa kali Ibu peringatkan, jangan mengebut!" kata Nyonya Fukuda, menyeka air matanya.



"Aku tidak mengebut, sudah kujelaskan di telepon kemarin. Lagi pula, Ibu ini seperti paham saja soal mengendarai mobil. Ibu kan tidak bisa menyetir," sahut Isao, yang langsung dibalas cubitan ibunya di pinggang.



Isao menanggalkan pembawaan galaknya dan berubah menjadi anak penurut yang menatap ibunya dengan penuh rindu. Aku belum pernah melihatnya tersenyum begitu manis dan bicara dengan nada penuh penyerahan seperti itu.



"Kukira kau sudah mau mati atau semacamnya. Tahu begitu biar Ibu saja yang kemari," omel Aiko Fukuda. Wanita muda itu secara praktis hampir seperti kembaran Isao. Dari pembawaannya yang galak, caranya bicaranya yang judes, cahaya matanya, jiplakan sempurna. Belakangan kuketahui bahwa Aiko menyelesaikan kuliahnya di Seoul dan tiga tahun lalu menikah dengan kekasihnya yang adalah pria Korea Selatan. Cita-citanya sejak kecil ingin menikah muda, dan impian itu tersampaikan. Anak laki-lakinya kini berumur dua tahun.



"Kau memang ingin aku sekarat, kan?" balas Isao tak kalah judes.



"Mulut kalian!" potong Nyonya Fukuda. "Sudah berapa kali Ibu bilang, jangan sembarangan berkata. Dewa itu mendengar dan mencatat!"



Aku diam saja, tapi dalam hati membenarkan kalimat tersebut. Mulut Isao memang suka kehilangan remnya.

ЯD LIGHTDär berättelser lever. Upptäck nu