16. Berkat dan Kesialan Tak Pernah Salah Alamat

791 170 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


KEBAIKAN TIDAK AKAN SALAH ALAMAT, aku memercayainya. Sama seperti aku memercayai bahwa kesialan juga tidak akan salah alamat. Sejak syuting di Pulau Rishiri dan ngobrol-ngobrol di kamar bersama yang lain di kamar waktu itu, aku mulai menemukan tempatku di rumah Sendagi. Terutama karena perubahan sikap Isao. Dia menjadi sangat baik dan manis, sering menggantikanku menyiapkan sarapan, memperbolehkanku mengenal ikan-ikannya—yang ternyata semua memiliki nama, dan aku tak bisa mengingat yang mana adalah siapa—mengajakku minum teh berdua di beranda taman lantai dasar rumah sambil melihat musim gugur yang menghampiri, dan bahkan hari ini menawarkan diri menemaniku ke dokter karena sudah dua hari aku demam naik-turun.



"Kau kan memang akan menemaniku ke lokasi syuting. Ketimbang kau bolak-balik dari rumah sakit lalu kemari lagi untuk menjemputku, lebih baik aku sekalian saja ke sana denganmu."


"Baiklah, oke," jawabku menyerah sambil memakan pisang. Isao ini memang seperti ibu-ibu. Dia merawatku saat demam kemarin, membuatkanku bubur, dan juga memaksaku berobat. Padahal aku yakin demam ini cuma flu akibat perubahan musim. "Hayato akan ke sini jam sepuluh, tolong bangunkan Shigeru ya," kataku kepada yang lain.


"Dia sudah bangun tadi sekitar jam lima dan pergi." Ryou muncul dari lantai atas sambil menggotong-gotong selimut yang dia jadikan seperti jubah.


"Tolong jangan menyeret selimutmu begitu, susah mencucinya!" omelku.


Ryou tidak menggubris dan tetap saja membiarkan tepi bawah selimutnya menyapu lantai sampai ke dapur. Dengan satu tangan dan gerakan-gerakan malas yang sembrono dia menyalakan mesin pembuat kopi dan mencomot satu helai roti tawar dari tempatnya—yang tidak dia tutup kembali.


Aku berdiri sambil menggeleng-geleng, secara sukarela menutupkan wadah itu sebelum kembali ke kursiku di meja makan. "Dia tidak bilang ke mana?"


"Sepertinya bukan untuk olahraga, karena dia memakai pakaian kasual," jawab Ryou. "Tadi aku turun untuk minum, dan dia pamit sebelum pergi memakai si hitam." Si hitam adalah sebutan untuk BMW Black mereka.


"Kalau begitu tolong beritahu aku jika sampai jam setengah sepuluh nanti dia belum sampai, aku akan meneleponnya."


"Sebaiknya tidak perlu sampai begitu," sela Kazue. Sambil menekuk kaki di atas kursi, cowok yang masih berbalut piama bergambar Spiderman itu menenggak susunya dengan gaya mengantuk. Lingkar matanya begitu gelap karena bermain gim hingga subuh. "Shigeru tidak pernah terlambat untuk urusan pekerjaan. Kalau sampai jam sepuluh dia tidak muncul itu artinya dia akan langsung ke studio Masuda. Kau sudah memberitahunya jadwal hari ini, kan?"

ЯD LIGHTWhere stories live. Discover now