06. Semangat Baru

18 1 0
                                    

"Fokus, Bila! Fokus!" ucap Bila pada dirinya sendiri saat sedang mematung di depan kaca kamarnya.

Hari ini dia menghadapi sidang skripsinya. Jika lulus, maka sebulan lagi dia akan ikut wisuda gelombang terakhir di tahun ini. Sebaliknya, jika dia gagal, maka akan lama lagi wisudanya.

Bukan Bila jika gagal dalam sesuatu, dia selalu berusaha melakukan yang terbaik. Akan tetapi, kondisinya sekarang sedikit berbeda, pertemuannya kembali dengan Satria beberapa waktu yang lalu membuatnya sedikit kurang fokus. Dia terus menerus memikirkan apa salahnya, kenapa Satria menduakannya, dan berbagai pikiran lain yang berkecamuk dalam otaknya. Sayang sekali, dia tak memberi kesempatan sama sekali pada Satria untuk menjelaskan.

"Pagi, Adikku Sayang, Kamu udah siap? Kamu pasti bisa, Dik," ucap Naya memberikan semangat sambil menepuk bahunya pelan. Hari ini Papa dan Mama ada kerjaan di luar kota, jadi hanya ada Naya sebagai penyemangat Bila agar kuat menghadapi ujian terakhirnya di kampus.

Bila hanya terkekeh melihat perlakuan sang Kakak padanya. Sementara itu, Naya yang harus bergegas ke kantor akhirnya beranjak dari meja makan terlebih dulu. Sedangkan Bila, dia berencana mengendarainya mobilnya sendiri.

"Nanti nyetirnya hati-hati ya, Dik. Jangan ngebut!" titah sang Kakak yang hanya dibalas anggukan oleh Bila.

Setelah menyelesaikan sarapan paginya dan akan beranjak pergi. Tiba-tiba saja Bibi menghampirinya.

"Non, ada Den Dirga di ruang tamu," ucap Bibi.

"Ah, Mas Dirga? Kapan dia balik dari luar negeri," pekik Bila kegirangan.

Kedatangan Dirga secara tidak langsung memberikan dia suntikan semangat. Seketika Bila melupakan kegalauan yang terjadi pada dirinya.

Setelah bertemu dan bercerita bahwa Bila akan menghadapi akhir penentuan dari kuliahnya. Dirga menawarkan Bila untuk menemaninya. Bila pun menyetujui.

Kehadiran Dirga, juga Ayu dan Adel, sahabatnya membuat Bila semangat dan menghadapi semua ujian dengan lancar.

"Nah, gitu dong. Itu baru adiknya Mas," ucap Dirga. Dia mengacak puncak kepala Bila dan membuat rambut bergelombang gadis itu sedikit berantakan.

"Hehe, iya, iya, Mas. Sebagai balasan udah nemenin aku, aku traktir kamu deh."

Bila segera menarik kemeja berwarna biru gelap yang digunakan oleh Dirga. Bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya, Dirga menuruti apa yang diminta adik kecilnya. Sebenarnya, mereka tidak bersaudara, rumah mereka yang kebetulan dekat membuat keluarga Dirga dan keluarga Bila seperti bersaudara. Dirga sendiri sebenarnya menyimpan rasa pada Bila. Namun, dia sadar Bila sudah dekat dengan Satria, sampai akhirnya dia mendengar kabar tentang Satria dari Naya.

***

"Maaf Namira, aku enggak bisa, aku harus ke kampus Bila hari ini," ucap Satria di sambungan telepon. Namira meminta Satria menemaninya ke dokter, tapi ditolak.

"Aku harus cepat. Kata Ayu, Bila selesai sidang jam dua belas siang."

Satria melirik jam mewah di pergelangan tangannya. Meski hanya staf di bagian personalia tak heran jika Satria memakai jam yang mewah, Satria sebenarnya memiliki saham di perusahaan milik ayahnya. Beberapa kali Satria ditawarkan untuk ikut andil di jajaran direksi. Namun, ditolaknya. Satria ingin merasakan bekerja dari level terbawah sebagai staf.

Sesampainya di kampus Bila, Satria menuju ke ruangan yang sudah diberitahu oleh Ayu, sahabat Bila. Beberapa langkah sebelum sampai, Satria melihat pemandangan yang tak ingin dilihatnya.

"Bukannya itu Bila? Tapi dengan siapa? Kenapa dia sangat akrab dengan Bila? Apa benar dia sudah move on dan menemukan penggantiku," ucap Satria bermonolog sendiri.

Berbagai pertanyaan berputar di benaknya. Dia juga mematung di dekat mobilnya dan urung melangkah mendekati ruangan. Sampai akhirnya Satria sadar Bila menarik baju lelaki itu dan mereka pergi bersama.

Satria kemudian membuka ponselnya, dia membuka sebuah obrolan teratas yang ada di kolom pesannya.

'Maaf Satria, aku enggak bisa bantu kamu.'

Sebuah pesan dari Ayu membuat kaki Satria terasa lemas. Dia memilih untuk masuk ke mobil dan mulai memikirkan tawaran dari ayahnya.

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now