19. Lain Kali Hati-hati

10 1 0
                                    

Tadinya, Satria hanya bercanda agar Bila tak jadi mengundurkan diri. Namun, jika Bila mau dan serius dengan tawarannya. Tentu dia juga lebih senang.

Menjadi satu-satunya penerus perusahaan sang Papa karena adiknya memilih jalan lain membuatnya bisa menikah muda jika  dia mau.

"Kamu ini, aku serius malah bercanda?" tegas Bila.

Bila benar-benar tidak mau Satria salah pilih. Bagaimana bisa seorang anak dari konglomerat yang hartanya tentu tak akan habis dibagi tujuh turunan memilihnya. Dia hanyalah seorang anak pensiunan PNS dengan penghasilan pas-pasan.

"Aku, aku ...."

Bila memilih untuk menghindari Satria dengan menjauh dari posisinya saat ini yang berada di dekapan Satria.

"Maaf, Pak. Sepertinya saya memang benar-benar harus pergi. Semoga perusahaan ini semakin besar dan membawa manfaat bagi banyak orang."

Bila menundukkan kepala di depan Satria dan berlalu begitu saja. Dia kembali ke meja tempatnya bekerja, membereskan barang-barangnya yang tak begitu banyak ke dalam sebuah kotak. Dia kemudian berpamitan kepada Mbak Gadis yang berperan sebagai leader di divisi itu dan juga beberapa teman yang lain.

Sementara itu, Satria masih terdiam di sofa. Dia memijat pelipisnya perlahan.

"Bagaimana ini? Apa yang membuat Bila begitu marah padaku? Aku merasa tak berbuat salah. Tapi, kenapa Bila begitu padaku?"

Satria kembali mengacak rambutnya. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih sejak kepergian Bila dari ruangannya. Dia kemudian menghubungi seseorang.

***
Sepekan setelah mengistirahatkan hati dan pikirannya, Bila kembali melamar pekerjaan. Dia mengirim ke beberapa perusahaan sekaligus, menjalani tes, juga beberapa interview. Kecakapan dan kecerdasan Bila memang tak diragukan, secara penampilan dia juga apalagi.

Setelah memilah dan memilih, Bila memutuskan untuk memilih satu perusahaan yang bergerak di bidang building. Sebagai seorang lulusan ekonomi, dia bisa bekerja di perusahaan mana saja.

Seperti biasa, awal bekerja dia pulang tepat waktu. Dia memilih menaiki kendaraan umum daripada menaiki mobilnya sendiri. Meski orangtuanya berpenghasilan pas-pasan dia memang orang yang mandiri, bisa membeli kendaraannya sendiri dari hasil part time selama kuliah.

Perjalanannya dari kantor menuju halte membutuhkan waktu beberapa saat. Dia sengaja menikmati suasana sore hari yang memang jarang dirasakan oleh para karyawan seperti dia saat sudah bekerja secara normal nanti. Berangkat di saat gelap dan pulang saat semuanya kembali gelap.

Baru beberapa saat dia berjalan, Bila ditubruk oleh seseorang dari belakang.

"Astaga! Tasku! Tolong, tas saya diambil orang itu, tolong ada JAMBRET!"

Bila berteriak sekuat tenaga. Dia tertunduk pasrah dan sebelumnya melihat ada sosok lelaki yang mengejar orang yang merampas tasnya. Dia tertunduk lemas. Bukan uang yang dia khawatirkan, melainkan beberapa identitas juga surat berharga yang ada di tas tersebut.

"Ya Allah. Begini amat ya di hari pertama bekerja," lirih Bila.

Beberapa orang melintas melihatnya sekilas, tapi kemudian tak acuh. Dia sadar, resiko berada di pusat perkotaan ya seperti ini, banyak orang yang sibuk dengan urusan mereka sendiri.

"Nih, tasmu, Bila. Lain kali hati-hati," tutur lelaki yang menyodorkan tasnya.

Bila masih menunduk. Kenapa orang ini mengenalinya? Saat mendongak, Bila tidak mengenalinya.

"Oh, maaf aku lupa kalau kamu belum kenalin diri. Kamu Bila kan? Aku teman kantor kamu, kebetulan tadi aku keluar hampir bersamaan denganmu. Jadi, aku melihat ketika kamu dijambret oleh orang tadi," ucapnya.

"Kenalin aku Dewa, aku satu divisi denganmu, tapi aku lebih sering ikut proyek di luar lapangan karena aku laki-laki. Kalau perempuan, biasanya kantor hanya menempatkan di kantor saja," terangnya.

Bila kemudian menerima uluran tangan Dewa. Dia tak menyebutkan nama karena pria di depannya sudah tahu namanya.

"Bagaimana kalau kita ngopi dulu. Sepertinya aku perlu berterima kasih atas kebaikanmu," tawar Bila.

Dewa hanya mengangguk sambil mengetikkan pesan kepada seseorang.

'Semua sudah aman bos.'

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now