30. Luka Yang Terobati

25 1 0
                                    

Setelah kekaguman Bila selesai perihal cincin yang mewah yang bahkan tak dia impikan untuk memilikinya. Akhirnya, Bila menyetujui lamaran Satria. Bukan karena cincin yang bagus dan harga yang fantastis. Namun, tak bisa dipungkiri jika hatinya memang nyaman saat bersama Satria. Rasanya tak sanggup jika menjauh dan tidak berjumpa seperti dulu saat dia menjauh untuk pertama kalinya.

Dua minggu setelah kejadian di Ancol, Bila diajak Satria untuk kembali ke butik baju pernikahan yang mereka kunjungi sebelumnya.

"Mas yakin mau pakai baju yang waktu itu? Mas nggak mau aku coba baju yang lain lagi?" tanya Bila meyakinkan.

"Insyaallah Mas yakin. Kamu cantik banget waktu itu, tadinya Mas mau muji kamu sepuasnya. Tapi, berhubung ada Mas Abi dan Namira, aku jadi mengurungkan niatku," kekeh Satria.

"Gimana kalau aku minta pelayan untuk mencoba kan baju untukmu lagi?" 

"Ya kalau masih ada model yang itu, Mas!"

"Oh, iya, ya."

Padahal di hati Satria dia yakin model itu masih ada. Sesaat setelah pulang, dia meminta asisten pribadinya yang perempuan untuk memesankan baju itu untuknya. Baju itu memang sudah tersimpan di butik dan menunggu waktu untuk dipakai kembali oleh Bila.

"Coba Mas bilang sama yang membantu untuk fitting dulu, ya," tawar Satria.

"Nggak aku aja nih?"

"Nggak usah. Mas aja yang bilang. Kamu duduk manis saja di situ," titah Satria yang akhirnya dituruti oleh Bila.

Dia menduduki sofa dua seater berwarna krem yang ada di ruang tunggu butik tersebut. Tanpa sepengetahuan Satria, Bila menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada sambil berdoa, "Ya Allah, semoga bajunya belum kebeli sama orang lain."

"Ehm, apa Bil yang belum kebeli?" tanya Satria yang sudah berdiri menjulang di hadapannya. Ternyata, tadi dia menutup matanya dan tidak menyadari Satria yang mendekat diikuti oleh seorang pelayan yang membawa sebuah gaun.

Bila membuka matanya perlahan, "Wah, ini gaun yang waktu itu, ya? Masyaallah, Alhamdulillah."

Bila langsung berdiri dari tempat dia duduk saling senangnya. Senyumnya begitu lebar sehingga lekukan di pipi kanan dan kirinya begitu terlihat. Manis sekali.

"Bil, kamu cantik," bisik Satria tepat di dekat telinganya.

"Ah, Mas bisa aja. Mimpi kali ye," ucap Bila.

"Udah yuk! Aku cobain bajunya lagi. Kasihan Mbaknya nungguin sambil bawa-bawa baju yang berat itu," tukas Bila.

Sekitar dua puluh menit di fitting room, Bila akhirnya keluar. Dia melangkah perlahan dengan wajah yang merona.

Jika dulu Satria ada di hadapannya dengan Abi dan Namira. Namun kali ini berbeda, Satria sendirian. Dia menatapnya dengan tatapan lurus dan tanpa berkedip.

"Mas, ini Mbaknya sudah selesai, nih!" ucap pelayan yang sedang mengikuti Bila ke ruang ganti tadinya.

"Ehm, eh, iya Mbak, iya. Maaf saya tadi kaget lihat perempuan di depan saya ini menjadi begitu cantik. Apalagi dengan pakaian yang begitu menawan seperti ini, Mbak," ucap Satria sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal tentunya. Dia terlihat begitu salah tingkah.

"Kalau begitu saya permisi sebentar ya, Pak. Saya panggilkan yang biasa cek kekurangan baju yang mau dipesan. Barangkali nanti bisa disesuaikan dengan tubuh Mbak Bila biar lebih pas, nyaman, dan tampil sempurna di hari pernikahan nanti.

Mendengar kata pernikahan, Bila kembali merona wajahnya. Kalau saja dia menghadap ke kaca, mungkin pipinya sudah merah. Tapi, dari rasa panas yang menjalar di tubuhnya, dia yakin saat ini wajahnya sudah memerah karena malu. Luka hatinya yang sempat menganga sepertinya sudah kembali terobati karena perlakuan demi perlakuan Satria yang membuatnya nyaman.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now