18. Fakta Tentang Satria

14 0 0
                                    

Bila memikirkan kenapa semua mengenali Satria. Apa hubungannya Satria dengan perkebunan ini. Sepertinya dia belum begitu mengenal banyak tentang keluarganya.

'Apa aku tanya aja, ya? Sepertinya perlu deh tahu lebih banyak agar bisa kembali terima cintanya,' batin Bila.

"Ehm, Mas. Aku boleh tanya?" ucap Bila.

"Boleh, lah. Apa sih yang nggak buat kamu?" kekeh Satria.

"Aku serius, Mas."

Bila memasang wajah tanpa senyuman. Dia memang benar-benar ingin tahu siapa Satria ini, siapa keluarganya. Dulu, dia hanya mengenal Satria sebagai anak kos dan kakak tingkatnya di kampus. Namun, sekarang sepertinya Satria sudah banyak berubah.

"Tadi itu, kenapa pegawai perkebunan banyak yang menyapa Mas? Apa hubungannya Mas dengan perkebunan ini? Bukannya Mas juga pemilik perusahaan tempatku bekerja?"

Terlalu banyak yang tidak Bila tahu. Dia tidak mau ada jurang yang jauh antara keluarganya dengan keluarga Satria. Umurnya juga sudah dewasa, tentu saja hubungan mereka tidak hanya sekedar main-main saja.

"Kamu benar mau dengar penjelasanku? Tapi janji, ya. Jangan menjauh dariku kalau tahu semuanya!"

Satria memegang bahu Bila. Dia menatap matanya dengan lembut, tatapan penuh permohonan.

"Iya,iya, janji deh, Mas."

"Kita duduk sana yuk!" ajak Satria.

Mereka akhirnya duduk di sebuah bangku tepat di ujung kebun teh.

"Sini duduk, Bil."

"Jadi begini, sebenarnya aku itu memang dulu ngekos biar mandiri. Setelah lulus, ayah memintaku kembali ke perusahaan untuk mengurus perusahaan beliau, sedangkan perkebunan ini merupakan aset beliau yang memang dikelola oleh orang lain. Pengelolanya adalah Om Sakti, beliau masih saudaranya Ayah."

Satria menuturkan sambil merengkuh bahu Bila yang terlihat memegang setelah mendengar penjelasannya.

"Jadi gimana? Sudah cukup jelas kan? Mas tagih janji kamu, ya? Kamu harus tetap jadi pendamping ya Mas. Gimana?"

Bukannya menjawab apa yang ditanyakan Satria. Bila kembali berpikir. Dia berdiri meninggalkan Satria yang masih duduk di bangku panjang tersebut.

"Aku hanya anak karyawan biasa, tapi Mas Satria itu, kami berbeda jauh," lirih Bila ketika menjauh dari Satria.

"Bila, are you okay?"

"Ehm, nggak apa-apa, Mas? Kita berkeliling lagi yuk!" ajak Bila.

***

Sepulangnya dari perkebunan, Bila kembali bekerja seperti semula. Jika bertemu dengan Satria, dia cenderung menghindar. Entah. Rasanya memang seperti ingin menghindar. Bila sadar kalau dia tidak pantas bersanding dengan Satria. Namun, hatinya berkata lain.

"Aku bingung deh. Satria dan aku jauh berbeda, tapi kalau boleh jujur, aku nyaman ada didekatnya," gumam Bila.

Bila kembali menyelesaikan pekerjaannya. Dia merasa ingin segera pulang untuk beristirahat.

"Akhirnya. Capek banget deh rasanya," lirih Bila.

Setelah berbagai pemikiran berkecamuk dalam otaknya. Akhirnya, Bila berpikiran untuk kembali menghindari Satria.

"Apa aku resign aja, ya?" gumam Bila yang sedang berbaring di ranjangnya.

Keesokan harinya, Bila menyerahkan surat pengunduran dirinya ke bagian personalia. Namun, tak butuh waktu lama, dia dipanggil oleh Mbak Gadis.

"Ada apa, Mbak?"

"Lo aneh-aneh deh, Say. Anak kesayangan bos kok malah mau resign. Gara-gara ulah Lo, disuruh ngadep tuh sama bos ganteng!" titah Mbak Gadis.

"Serius, Mbak?"

"Ya, iyalah. Masak bercanda."

"Gini amat ya deket sama orang berpengaruh tuh!"

"Apa Lo bilang, Say?"

"Ah, enggak, Mbak. Ya udah aku naik dulu ya, Mbak," ucap Bila.

Dia kemudian segera menaiki lift menuju ke lantai enam. Lantai di mana ruang rapat dan ruang direksi berada. Di situlah juga ruangan Satria yang merupakan bosnya berada.

"Langsung masuk saja, Mbak."

"Oh, oke, Mbak."

Bila mengetuk pintu kemudian mendorongnya dan masuk ke ruangan tersebut.

"Duduk, Bila."

Satria mempersilakan dia duduk.

"Hal apa yang membuatmu mengundurkan diri. Bukannya kamu ingin sekali bekerja di kantor ini? Kinerjamu juga bagus," tegas Satria.

"Ehm, aku ...."

Bila tak lagi melanjutkan perkataannya dan hanya terbengong mendengar perkataan Satria selanjutnya.

"Kalau kamu nggak mau jadi karyawanku, bagaimana kalau kamu jadi pendampingku saja?"




Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now