27. Kedatangan Satria

12 0 0
                                    

Bila mengirimkan pesan ke sebuah kontak: Bay, besok gue nebeng lo, ya?

Tak lama kemudian pesan berbalas. Seperti harapan Bila, Bayu langsung tersenyum di seberang sana dan mengiyakan permintaan Bila.

Paginya, seperti yang sudah dijanjikan. Bayu tepat waktu menjemputnya. Mobil sedan berlogo Honda terparkir rapi di depan rumahnya saat dia membuka gerbang. Setelah melambaikan tangan ke Ibunya, Bila bergegas masuk ke mobil tersebut tanpa melihat kanan kiri ataupun depan belakang. Dia tidak tahu bahwa dari kejauhan ada yang panas hatinya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih enam puluh menit, mereka tiba di kantor. Bila yang berangkat bersama Bayu kebetulan sekali bertemu dengan beberapa temannya di lobi utama.

"Bil, lo jadian sama Bayu. Kok berangkat bareng? Mas-mas ganteng yang kapan hari ke mana?"

"Bil, serius lo sama Bayu?"

Berbagai pertanyaan muncul menyerangnya di pagi hari. Dasarnya Bila, orangnya cuek dan tidak suka ngurusin urusan orang lain, dia hanya mengedikkan bahunya dan melenggang ke tempat duduk miliknya. Dia sama sekali tak menyadari kalau Bayi udah GR alias gede rasa duluan mendengar berbagai pertanyaan yang sama mengarah padanya.

***
Di tempat berbeda, Satria sedang menyuruh utusannya untuk mengawasi Bila dan Bayu. Dia tidak mau kecolongan untuk kesekian kalinya, Bila menghindarinya tanpa sebab.

"Siap, Bos."

Begitu ucapan terakhir yang didengarnya sehingga dia bisa mengembuskan napas dengan lega. Dia menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya yang empuk.

"Pagi-pagi tapi rasanya lelah sekali. Sepertinya bukan lelah badan tapi lelah pikirannya," gumam Satria pelan.

Dia berusaha beristirahat sejenak agar bisa kembali fokus pada pekerjannya.

Menjelang sore, Satria berusaha menghubungi Bila. Namun, balasannya juga sama, Bila menolaknya. Aneh. Benar-benar aneh.

Karena merasa bersalah, sepertinya dia harus selangkah lebih cepat dari Bila. Dia mengemasi barangnya dan bergegas untuk pulang. Dia tidak pulang ke rumahnya melainkan ke sebuah alamat lain.

Satria sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari pagar depan rumah. Sesat setelah selesai parkir. Dia melihat mobil parkir menurunkan seseorang.

Satria mendekatkan mobilnya ke rumah tersebut setelah mobilnya pergi. Dia kemudian turun dan mengetuk pintu.

"Permisi, Tante. Apa Bila ada? Boleh saya bertemu dengannya sebentar," ucap Satria sopan saat ibunya Bila membukakan pintu untuknya.

"Oh, silakan masuk, Nak. Bila juga baru saja pulang. Tentu saja boleh, Nak."

Ibu Bila membukakan pintu lebih lebar lagi dan bergeser agar Satria dapat masuk rumah.

"Duduk dulu, Nak. Ibu panggilkan Bila sebentar."

Ibu segera berlalu dan menuju lantai ke lantai dua. Lantai di mana kamar Bila berada. Kebetulan sekali pintu kamar anaknya itu masih terbuka. "Bil, dicari Satria tuh!"

"Hah? Mas Satria? Bilang aja Bila belum pulang, Buk!"

"Mana bisa? Ibu sudah bilang kalau kamu di rumah, kok. Temui dulu gih,"

Bila yang tadinya ingin mengerjai Satria lebih lama lagi akhirnya terpaksa turun. Dia menuruni tangga pelan agar tak menimbulkan suara. Dia melihat Satria sedang menunduk fokus dengan ponselnya.

"Mas Satria? Ngapain ke sini? Bukanya istrirahat di rumah malah jauh-jauh ke sini? Jarak dari kantor ke rumah Mas sama jarak dari kantor ke sini kan beda arah, Mas!" gerutu Bila.

Satria bukannya menjawab justru tersenyum. Melihat Bila mengeluarkan sejumlah pertanyaan membuatnya menyimpulkan bahwa Bila khawatir padanya.

"Kamu khawatir ya sama, Mas?"

"Ih, nyebelin!"

Bila kemudian sengaja duduk memilih sofa yang terjauh dari Satria. Dia mengempaskan pantatnya begitu saja saking kesal dengan tanggapan Satria.

Satria melihat Bila menjauh buru-buru berdiri dan duduk didekatnya.

"Bil, kamu masih marah ya sama, Mas?"

Satria hanya menatap mata Bila sebelum perempuan kesayangannya itu melengos. Dia berusaha mencari di mata Bila, apakah ada kebohongan di sana atau tidak.

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now