13. Kenapa harus aku?

7 0 0
                                    

Bagaimana bisa Satria menjelaskan dengan mudah jika sekarang justru pembawa masalahnya ada di depan mereka. Namira, gadis yang dia peluk karena sedang menceritakan masalah yang dibuat oleh kakaknya sendiri.

'Apa aku meminta tolong kepada Namira untuk menjelaskan, ya?' batin Satria bertanya sendiri.

"Namira, boleh aku minta tolong sesuatu," ucap Satria.

Namira yang tadinya hanya berhenti sebentar untuk menyapa mereka akhirnya duduk di sebelah Satria. Bila sendiri meremas ujung roknya kuat-kuat. Sebenarnya dia ingin segera lari dari tempat itu sekarang juga. Namun, mau selama apa dia lari, masalah juga tidak mungkin terselesaikan dengan mudah.

"Bila, bagaimana kalau Namira yang membantu menjelaskan duduk perkaranya kejadian hari itu?" tawar Satria.

Bila terlihat memejamkan matanya. Kilasan tentang kejadian hari itu yang seharusnya menyenangkan menjadi sangat berantakan. Kejadian yang membuatnya berubah. Titik awal di mana Bila lebih banyak diam di kamarnya dibandingkan bergaul dengan teman-temannya seperti sebelumnya.

"Baiklah jika itu mau kamu," ucap Bila sambil membuka matanya perlahan.

Bila menatap gadis yang ada di depannya itu baik-baik sambil mengingat bagaimana bentukannya saat berkaca setiap pagi sebelum bepergian.

'Pantas saja Satria memilih Namira, bukannya aku,' batin Bila.

Dia berusaha berpikiran sendiri. Melihat banyak kelebihan Namira mulai dari rambut, wajah, kulit juga bagaimana cara perempuan itu berpenampilan tanpa dia tahu bahwa Satria tetap memilihnya tanpa memandang Namira. Keadaan saat itulah yang membuat sisi egois Satria turun dan berusaha menenangkan Namira lewat sebuah pelukan. Sayangnya, Bila datang di saat itu dan terjadilah kesalahpahaman sampai sekarang yang belum terselesaikan.

"Bila, apakah bisa dimulai sekarang penjelasannya?" ucap Namira.

Bila yang mendengar suara perempuan bukannya Satria langsung tersadarkan diri dari pikirannya yang melayang.

"Ehm, Maaf. Tadi aku …."

Bila tak melanjutkan ucapannya karena Satria ternyata sudah berpindah duduk disampingnya dan merengkuhnya. Bila langsung menhindar dengan menegakkan punggungnya.

"Ehm, Maaf, Bila. Silakan dimulai penjelasannya, Namira," ucap Satria yang terdengar sangat formal seperti memerintahkan seseorang untuk presentasi. Padahal, hari itu sudah malam dan semua sudah lepas dari pekerjaan masing-masing tentunya.

"Jadi, hari itu aku memang mendatangi Satria karena perbuatan Mas Abi padaku. Walaupun itu merupakan aib yang seharusnya tak kuceritakan, tapi kamu pantas tahu, Bila. Apalagi, semenjak saat itu kamu ternyata menjauhi Satria. Dia enggak salah. Hanya saja, memang waktu itu aku langsung pergi dan tak sempat menjelaskan padamu," ucap Namira.

Dia kemudian menegakkan duduknya. Berusaha menarik napas panjang demi menjeda pernyataannya.

"Satu bulan sebelum hari itu, aku dipaksa berhubungan dengan Mas Abi, Kakak Satria. Mas Abi dalam kondisi mabuk, aku tak bisa melawan sama sekali saat itu. Awalnya, aku tidak berani menceritakan kepada siapapun. Namun, sebulan setelahnya, aku mual hebat di pagi hari. Saat aku cek, tenyata aku hamil. Aku bingung, aku tidak tahu harus bercerita kepada siapa lagi? Tidak mungkin aku menghubungi orang tua Abi. Satu-satu jalan, aku menemui Satria yang kutahu saat itu sedang berusaha mandiri dari orangtuanya dan menginap di sebuah indekos. Hari itu, Satria hanya coba menenangkanku, Bila. Kami tidak ada hubungan sama sekali," tutur Namira.

Setelah dirasa penjelasan cukup, Namira berhenti menjelaskannya. Satria kemudian menatap Bila yang saat ini sedang di sampingnya.

"Jadi gimana? Sudah cukup penjelasan dari Namira? Atau Mas perlu jelaskan lagi?" tanya Satria.

"T-tapi, kita kan udah putus, Mas," lirih Bila. Di satu sisi dia menyesal kenapa dulu terburu-buru meminta pisah dengan Satria. Di sisi lain, dia juga malu kalau misalnya meminta untuk kembali ke Satria. Di saat mereka sibuk diam dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Namira berbicara kembali.

"Kedatanganku ke sini kembali selain menjelaskan keadaan waktu itu, aku juga ingin meminta Satria untuk bertanggungjawab padaku. Mas Abi tidak mau bertanggungjawab atas anak yang sudah kulahirkan sebulan yang lalu di luar negeri."

"Hah? Kenapa harus aku?"

Satria yang semula bernapas lega kembali terkejut atas ucapan Namira.

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now