11. Tragedi Tangga Darurat

15 0 0
                                    

Kemudahan demi kemudian yang Bila rasakan selama sepekan di kantor terjawab sudah. Ternyata, bukan Dito, tapi orang yang selama ini dia hindari.

Bukannya terlalu percaya diri atau apa. Namun, memang begitu kejadiannya. Semua kemudahan yang dia dapatkan itu berkat andil Satria.

'Bodoh kamu Bila! Kenapa enggak lihat sih nama perusahaan baik-baik sebelum ngelamar? Apa enggak inget kalau Satria itu anak pengusaha. Dia pastinya mewarisi perusahaan ayahnya,' Bila merutuki dirinya dalam hati.

Rapat berjalan dengan lancar. Semua seperti apa yang diarahkan oleh Mbak Gadis. Tugas Bila hanya mengamati sambil memperhatikan apa poin penting yang perlu dicatat.

"Bila, habis ini kamu disuruh ke ruangan Bos Besar Ganteng!" bisik Mbak Gadis. Dia sengaja menekankan kata 'ganteng' karena Satria memang jadi idaman para gadis di kantornya. Sayangnya, mereka sadar diri akan status mereka. Mana mungkin Bos Besar menikahi karyawannya. Mereka rasa itu hanya ada di dalam novel-novel romantis. Bos menikahi karyawannya.

'Duh, ada apa ini? Usahaku menghindarinya sia-sia. Mau enggak mau aku harus menghadap kalau begini,' batin Bila. Dia benar-benar menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu bodoh. Tidak teliti sampai-sampai masuk ke perangkap yang dibuat oleh Satria. Tanpa dia tahu juga siapa dalang di belakang Satria itu adalah orang terdekatnya.

Bila melangkahkan kakinya yang begitu berat berjalan menyusuri koridor mewah menuju ruangan Si Bos. Hampir saja dia balik badan dan mengurungkan niatnya untuk masuk sampai terdengar panggilan.

"Mbak Bila, mau ke mana? Sudah ditunggu Pak Satria di ruangannya. Beliau menitipkan pesan agar Mbak langsung masuk saja setelah sampai," ucap Kinan, asisten yang menjaga pintu depan Satria. Kinan bisa dibilang mengurus administrasi dan lain-lain urusan kantor. Namun, tangan kanan Satria tetaplah Dito. Hanya Dito yang tahu latar belakang hubungan Bila dan Satria.

Bila yang siang itu mengenakan rok sepan  hitam dan blus warna coklat muda terlihat sangat cantik. Meski demikian, Bila terkenal menjadi sosok yang sulit didekati oleh siapa saja. Padahal sejak masuk ke kantor, tak sedikit yang terpesona dengannya. Semua berlomba untuk mendekatinya sampai akhirnya ada suatu kejadian yang membuat mereka berhenti berlomba-lomba mendapatkan Bila yang begitu dingin.

"Maaf, Mbak. Liftnya rusak. Mbak bisa pakai tangga darurat jika ingin cepat sampai lantai satu," ucap petugas kebersihan yang diperintahkan untuk berjaga di depan lift yang sedang perbaikan.

Bila yang saat itu ada di lantai tiga tidak memikirkan lebih panjang lagi.

"Aku capek. Pengin cepet rebahan di kamar. Sebaiknya aku lewat tangga darurat saja deh," lirih Bila.

Dia tidak memikirkan bahwa kondisi saat itu sudah sangat malam dan banyak karyawan yang sudah pulang. Di tangga darurat, dia tidak menyangka bertemu seseorang yang dia kenal.

"Eh, Rio. Ada apa?" tanya Bila. Dari lagatnya Rio sepertinya memang sudah menanti seseorang.

"Aku menantimu, Cantik," kekeh Rio.

Dia sepertinya sudah setengah sadar.

'Gawat. Apa Rio sedang mabuk?' lirih Bila.

Dia hendak mundur ke pintu tangga darurat. Namun, dicegah oleh Rio.

"Mau ke mana Cantik?" tanya Rio pada Bila.

"A-aku …."

Bila mulai gugup dan hendak menghindar. Rio makin merangsek menipiskan jarak di antara mereka berdua. Sementara Bila, meringis dan mulai berkeringat dingin. Kakinya gemetar dan lemas rasanya. Tidak mungkin dia berlari dengan kondisi baju dan sepatu yang dia kenakan sekarang.

"Ya Allah, tolonglah aku," lirih Bila.

Dia memejamkan mata sampai akhirnya terdengar suara bariton dari belakang Bila.

"Ada apa ini? Apa ada yang salah, Bila?" tanya Satria. Suara yang dia kenali tanpa harus menengok ke belakang apalagi membuka matanya.

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now