29. Cincin Berlian

8 0 0
                                    

"Udah sampai nih. Turun yuk!"

Satria menatap Bila yang masih duduk di mobil dan hanya membuka seat belt tanpa bergerak.

'Hmm, makin menggemaskan kalau begini, mah!' batin Satria.

Dia bergegas turun dan memutari mobil. Dia kemudian membukakan pintu untuk Bila.

"Mari Tuan Putri, kita jadi jalan-jalan kan? Atau mau duduk aja di mobil?" tanya Satria.

"Eh, iya, malah jadi bengong aku," lirih Bila.

Dia kemudian berjalan mengikuti Satria yang sudah melangkah lebih dulu. Mereka menyusuri jembatan kayu yang dibangun di atas laut yang membentang luas. Dia yang semula melangkah perlahan langsung berlari-larian kecil menjauhi Satria.

"Ah, senangnya," pekik Bila sambil merentangkan kedua tangannya.

Dia berusaha menghirup udara yang cukup segar sebanyak-banyaknya. Biasanya kalau tidak ada Satria, dia terkadang berteriak kencang. Tujuannya, agar sesak yang ada di dada selama sebelum-sebelumnya hilang dan dia merasa bisa bernapas lebih lega.

"Kalau mau teriak. Teriak aja. Boleh kok!" ucap Satria.

"Serius, Mas? Kok kamu tahu kalau aku seneng teriak pas di laut gini?" tanya Bila.

Satria hanya tersenyum dan berjalan menjauhi Bila.

"Aaaaaaaa …."

Bila benar-benar berteriak melepas segala kesesakan di dadanya. Dia kemudian tertawa lepas setelahnya.

"Gimana, udah lega?"

Satria kembali mendekat saat Bila sudah selesai berteriak. Sebenarnya, dia tahu kebiasaannya karena informasi yang dia dapat.

"Eh, tapi kok Mas tahu kalau aku suka teriak kalau lihat laut begini?" tanya Bila penasaran.

"Emm, kita jalan ke sana yuk!"

Satria menunjuk ke tulisan 'Ancol' yang ada tak jauh dari mereka berdiri saat ini.

"Boleh deh, yuk!"

"Mau Mas fotoin nggak? Sini Mas fotoin," tawar Satria.

"Boleh, deh!"

Bila menyodorkan ponselnya kepada Satria dan mulai bergaya.

Setelah selesai, dia melihat hasil foto dari Satria.

"Wah, bagus nih, Mas."

"Iya dong, siapa dulu fotografernya."

Satria menepuk dadanya. Namun, Bila hanya menggelengkan kepala saja melihat tingkahnya. Tanpa sadar makin ke sini dia nggak bisa marah sama Satria. Dia juga mulai mengenal siapa sebenarnya Satria. Meski awalnya ragu, tapi hatinya tidak. Dia merasakan kenyamanan saat didekatnya dan kerinduan saat jauh darinya.

"Hobi kok bengong, sih!"

Satria melambai-lambaikan tangan di depan wajah Bila.

"Ah, ngagetin aja sih!"

"Habisnya kamu ngelamun,"

"Laper enggak? Mau makan di restoran, nggak?"

"Mau dong, kita ke sana yuk!"

Bila menunjuk sebuah restoran yang menyediakan aneka hidangan laut. Mereka masuk dan duduk di salah satu tempat yang masih bisa menikmati indahnya lautan luas.

Pelayan yang mendekati mereka menyodorkan lembar menu makanan.

"Mas aja deh yang pesan. Aku ikut apa maunya, Mas."

Bila masih sibuk memandangi lautan. Sepertinya belum puas dia tadi berteriak, jadi masih saja memandangi lautan yang terhampar di hadapannya.

Satria memesan beberapa menu untuk dimakan mereka berdua. Selesai memesan, dia kemudian menatap Bila. Dia begitu bahagia melihat Bila tersenyum.

'Apa ini yang dinamakan cinta. Senang melihat yang dicintainya bahagia?' batin Satria.

"Bil, Mas mau ngomong bentar boleh?"

"Ngomong ya ngomong aja, Mas. Serius amat sih?"

"Emm, terkait apa yang kubicarakan dulu kepada orangtuamu. Mas benar-benar ingin kamu menjadi pendamping hidup Mas untuk selamanya. Will you marry me?"

Satria membuka sebuah kota beludru berwarna biru. Di dalamnya berisi sebuah cincin soliter bertahtakan berlian utuh di tengahnya. Sementara itu, di sekelilingnya terdapat berlian-berlian kecil yang menghiasi sisi kanan dan kiri berlian besar tersebut.

"Wah, indahnya," ucap Bila.

Dia otomatis memuji keindahan cincin yang ada di hadapannya tersebut. Namun, dia justru tidak menjawab dan sibuk memandangi keistimewaan cincin mewah yang dia taksir tidak murah itu.

Bila sering melihat-lihat berbagai model berlian secara online. Tapi, dia tidak menyangka sama sekali akan dilamar Satria dengan cincin berlian yang begitu indah.

"Jadi, gimana? Aku tidak mau jawaban selain kata mau, ya? So, yes or yes?" tanya Satria dengan tatapan penuh ke arah Bila. Bila yang semula masih sibuk mengagumi cincin pun mendongak.

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Where stories live. Discover now