Part 9

19.9K 1.6K 9
                                    

"Pulanglah dan hati-hati..." Katanya yang terdengar seperti ejekan.

Dengan kesal akupun segera pergi meninggalkan ruangan ini. Aku berjalan menuju lift namun saat petir terdengar menyambar-nyambar aku jadi takut. Hujan sore ini sangat deras sekali dan petir?? astaga tak berhenti-berhenti berbunyi.

Aku berusaha menelfon Rommy juga percuma, hari ini dia naik busway karena mobil aku pakai dan dia juga sedang sibuk dengan skribsinya. Adekku itu akan mau menjemputku saat hujan deras begini kalau ada upahnya. Tapi dia tak akan mau menjemput kalau dia sendiri sedang menjemput pacarnya. Dan pacarnya si Intan sudah pulang dari tadi.

"Hhh...nasib-nasib..."Gumamku.

Aku memencet-mencet no telfon taxi tapi hal yang sama juga terjadi. Hujan deras begini naik taxi adalah hal yang susah. Para supir taxi itu tak mau taxinya kotor karena penumpangnya kehujanan.

"Bagaimana kalau tiba-tiba mati lampu dan liftnya tertutup tak bisa dibuka?? lalu tak ada orang yang tahu??" Gumamku gusar.

"Pakai tangga darurat? Yang benar saja...aku dilantai tujuh...bisa rontok tulangku kalau aku turun dengan highheels begini.."aku berjalan mondar-mandir didepan lift.

"Tunggu orang tak mungkin juga. Satu-satunya makhluk dilantai ini selain aku hanya Armand. Menunggu dia??astaga,dia akan besar kepala!!"

Ingin rasanya aku menangis karena sifatku yang takut dengan hujan deras dan petir. Tapi jika ada seseorang disampingku aku tak pernah kawatir. Mungkin kekawatiran terbesarku hanya karena aku terbayang takut mati tersambar petir.

Banyak berita dikoran bahwa orang mati karena tersambar petir.
Aku berdiri lemas didepan lift tapi pandanganku tertuju pada pintu tangga darurat.

"Hufttt..."aku menunduk lesu dan berjalan menuju lift. Saat aku hendak memencet tombol lift ada jari seseorang yang memencetnya. Aku bersyukur karena aku tak sendiri namun senyumku hilang saat kulihat wajah Armand tersenyum ceria.

"Kenapa harus dia?!"Gerutuku dalam hati.

"Maaf aku lama, menunggu yaa??" tanya Armand.

"Siapa yang menunggumu?! A-aku hanya..."

"Sudah tidak apa-apa..."Potong Armand seraya menarik tanganku dan mengajakku masuk. Aku terdiam sesaat, ini seperti saat dulu sewaktu kuliah.

"A-aku bisa jalan sendiri!" Seruku seraya menarik tanganku.

Aku berjalan mundur dibelakang Armand. Dia terlihat tinggi sekali dan aku hanya sebahunya. Pandangannya lurus kedepan dan terlihat resah sekali. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi dibalik senyumnya sejak tadi pagi. Ketika sampai dilantai empat lift terbuka dan beberapa karyawan bagian pemasaran masuk.

"Haii Nia!"Seru seseorang.

Aku mendongak mencari sumber suara yang menyapaku. Tampak wajah Damian tersenyum simpul kearahku.

"Haaii.."Kataku riang.

Aku sedikit bersyukur karena dari beberapa orang didalam lift ini selain Armand ada yang aku kenal. Mungkin aku bisa menumpang mobil Damian.

"Kapan pulang dari Vietnam?" Tanyaku dengan riang.

Damian berjalan berjajar disampingku tanpa peduli dengan Armand yang mundur berjajar disampingku.

My Best Friend [COMPLETE]Where stories live. Discover now