Part 22

16.8K 1.3K 9
                                    

"Jose tentunya.."Sahutku.

Armand menatap tajam kearahku. Dipegangnya sendok ditangannya dengan erat seolah sendok itu akan lepas seandainya dia tidak menggenggamnya erat-erat.

"Berhubung kau sudah tahu apa hubunganku dengannya jadi aku tak perlu merahasiakannya lagi bukan??" aku tersenyum kecil. Setulus mungkin meskipun sangat sakit.

Memang Jose dan aku sempat menjalin hubungan selama dua tahun saat SMA dan aku harus melepasnya saat dia kembali ke Milan. Apa sih yang difikirkan anak SMA? hanya bersenang-senang. Tapi saat aku berharap dia akan kembali, dia tidak pernah kembali.

Tidak ada e-mail, telfon, pesan atau surat yang datang.

Flash back on

"Sonia...aku akan kembali ke Milan..papa dan mama akan kembali kesana...apa kau mau ikut denganku??"Jose menarik nafas berat.

Aku menarik diri dari pelukkannya dan mundur. Kaget, jadi apa yang Dion bilang benar.

"Tidak... aku tak tak bisa..."

"Tapi..."

"Kita putus saja..."Gumamku seraya tersenyum.

Jose terkejut dengan keputusanku ini. Tak ada air mata dan senyum lebar.

"Sonia...kita.."

"Tuan muda...tidak apa-apa...jaga dirimu disana.."aku menatap kelangit.

Bintang tampak bersinar terang dan ironisnya hatiku tak secerah bintang itu.

"Aku akan jaga diri disini...hhh... menyenangkan bisa lepas darimu..."Kataku seraya terkikik.

Jose memelukku erat. Dia tahu saat ini hatiku hancur dengan perpisahan ini.

"I love you.." Bisiknya seraya menciumku.

Ciuman pertamaku setelah dua tahun kami pacaran.

"Kau akan selalu dihatiku..."

Aku tersenyum, yahhh hanya bisa tersenyum. Kejadian itu selalu berulang. Tersenyum pahit dan sangat menyakitkan.

Flash back off

"Bisa kau ulang jawabanmu??!" Tanyanya dengan suara yang penuh amarah.

"Heiii..kau tidak perlu marah begitu...aku lebih mencintai Jose.. tapi itu tidak penting. Dia akan menikah.. dan kau juga tidak perlu marah...kau juga akan menikah...hhh...satu-satunya yang single adalah Damian..." Gumamku seraya berekspresi seolah mempertimbangkannya.

Aku mengemut sendokku dan memikirkan sesuatu.

"Ahhh...biarpun dia suka aku tidak mungkin aku pacaran dengan bison satu itu!"aku geleng-geleng kepala. Aku berdiri mengambil air dingin dan kembali duduk melahap makan malamku.

"Jadi... kapan kau akan menikahi Ivone?" Tanyaku ringan.

Sandiwara?

Yahhh sudah biasa aku bersandiwara begini. Mungkin aku akan jadi artis top di hollywod.

"Kau sudah membeli rumah... tinggal mengisinya. Oh yaa...kau mau pernikahan yang seperti apa??" Tanyaku cerewet.

"Apa akan kau buat suasana hutan?? kau kan suka mendaki... jangan-jangan ala tarzan?? hehehhehe.." Kataku seraya terkekeh.

Armand menatapku dengan kesal dan aku sudah tahu dia akan meledak sebentar lagi.

"Aku punya kenalan IO yang bagus dengan harga dijamin murah tapi ga murahan...kalau kau mau aku akan menghubunginya supaya kalian bisa buat janji ketemu.."Kataku seraya melahap makananku yang terakhir.

"Kau..."

"Yaa..hallo..." Kataku cepat begitu handphoneku berbunyi.

Aku tidak ingin mendengar Armand meluapkan amarahnya karena kata-kataku barusan.

"Kau rindu padaku yaa?? cepat sekali kau mengangkatnya.."Celetuk orang diseberang dan tertawa kecil.

"Hhh..apa imbalannya??"Tanyaku.

"Sama seperti biasanya..."Sahutnya seraya tertawa lagi.

"Kau tak takut Nathania menelanmu??" Tanyaku seraya membereskan piringku.

"Kau menantangku??" Tanyanya.

"Hhh..tuan muda...seharusnya aku yang bertanya... kau yang menelfonku dari tadi dan kau juga merayu terus...jadi..."

"

Nona....aku menelfonmu karena aku merasakan kau ingin aku menelfonmu!jadi...apa kau ingin aku datang?" Tanyanya lagi.

Aku terdiam sesaat dan ku lirik Armand yang sudah selesai makan dan berdiri disampingku mengambil air dan menutup pintu lemari es ini dengan kasar.

"Hei tuan muda...kau itu harus ingat...kalau kau.." aku terkejut saat Armand tiba-tiba meraih handphoneku dengan kesal.

"Armand!"Seruku kaget.

"Kembalikan handphoneku!" Bentakku.

"Siapa yang akan kau pilih?" Tanyanya.

"Pilih? apanya??" Tanyaku bingung.

Armand menggeram kesal.

Sebenarnya aku tahu apa yang dimaksudnya hanya saja aku tak ingin membahasnya. Saat Armand mendesak terdengar bunyi bel dan spontan aku bernafas lega. Namun sesaat aku termenung, cepat sekali Jose datang. Dengan kesal Armand berjalan kedepan membukakan pintu.
"Biar aku yang buka..." Kataku buru-buru sebelum Armand meraih kenop pintu.

Dia mengernyit kesal dan membiarkan aku membukanya sementara dia masih berdiri dibelakangku.

Saat pintu terbuka aku tertegun sesaat. Orang yang berdiri dihadapanku bukan Jose, tapi seorang wanita cantik dan anggun. Tersenyum simpul kearahku dan Armand.

"Syukurlah kau ada dirumah.." Katanya riang.

Aku masih membeku melihat wanita yang tersenyum ceria itu. Wajahku memucat dan lidahku kelu.

"Mbak Sonia yaa??" Sapa wanita itu.

"Haii..sayang.." Sapa Armand lembut seraya meraih wanita itu.

My Best Friend [COMPLETE]Where stories live. Discover now