Part 12

18.9K 1.5K 6
                                    

"Kau serius??" Tanya Romi. Intan mengangguk cepat-cepat.

"Wahhh....kurasa kita harus sering-sering membuat acara bersama.." Kata Romi.

"Memang kenapa begitu?"Tanya Intan bingung.

"Yaaaaa..... supaya mereka berdua berdamai..." Kata Romi.

"Eh, ngomong-ngomong pak Armand sudah punya tunangan belum yaa??" Tanya Intan.

"Ng..." Romi diam karena dilihatnya diriku keluar dari kamar membawa handuk hendak mandi.

"Kalian kenapa??"Tanyaku seraya menguap.

"Udahhhh..mandi sono...."Kata Romi.

Aku hanya nyengir dan segera mandi tanpa peduli dengan wajah aneh Intan dan Romi.

-

Malam itu hujan masih sedikit terdengar dan perutku sudah berbunyi tapi Romi belum juga pulang dari mengantar Intan. Perutku sudah ada mega konser keroncong dari tadi menandakan sudah lapar berat.

"Kemana sih ini anak??!"Protesku sambil berjalan mondar-mandir sambil menelfon.

"Hallo...kau dimana??"Tanyaku buru-buru begitu Romi mengangkat telfonku.

"Ada apa mbk??"

"Jam berapa kau pulang??masih lama yaa?cacingku sudah protes!!"Keluhku kesal.

"Wahhh...disini hujaan deras mbak..."

"Uhhh...baiklah-baiklah..."Kataku kemudian.

Aku duduk diruang TV dan sesekali kutengok diluar siapa tahu ada penjual nasgor atau bakso lewat.

Waktu sudah menunjuk pukul setengah delapan dan tak satupun ada penjual makanan lewat.

"Mana mobil dikantor lagi...kalau sudah begini terpaksa..."aku beranjak dari dudukku dan mengambil jaketku.

Saat aku membuka kamar terdengar bell rumah dipencet aku segera membuka dan muncul delivery pengantar makanan chinese food.

Ah, baunya sangat sedap dan liurku serasa meleleh. Bodohnya kenapa aku tak memesan delivery saja?!

"Pesanan atas nama pak Armand.."Kata pengantar makanan itu seraya tersenyum meskipun kehujanan.

"Hhh..."aku mendengus kesal karena sesaat aku melupakan penghuni baru rumah ini.

Ketika aku akan berteriak, terdengar teriakannya minta tolong jika ada delivery datang.

"Berapa semua?" Tanyaku. Petugas delivery itu menyodorkan bill nya dan segera berlalu setelah aku membayarnya.

Dengan kesal aku berjalan naik keatas. Lantai dua ini terlihat kosong dan sepi. Mas Iwan sepertinya membawa semua barang-barangnya. Maklum istrinya hobi memasak. Aku melayangkan pandanganku pada box coklat bertuliskan Ilonia. Nama itu, aku berhenti seolah tahu pasti apa isi box itu dulu.

"Apa yang kau lihat??" Tanya Armand yang muncul dari kamar mandi.

Rambutnya basah dan acak-acakan. Badannya atletis tapi sedikit kurus dan matanya, aku suka melihat mata coklatnya yang bersinar-sinar gembira selalu.

My Best Friend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang