Chapter 3 - Runaway

7.6K 1K 129
                                    

Soundtrack : iKON Bobby - Runaway

"When I get home, I wash up, turn off the lights and lay down. But now reality is heavier than dreams."

Hani memandang bangunan tinggi menjulang yang rasanya hampir menyentuh dirga di depannya kini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hani memandang bangunan tinggi menjulang yang rasanya hampir menyentuh dirga di depannya kini. Ia tak takjub sama sekali, dulu ia juga sering menginjakkan kakinya di bangunan pencakar langit seperti ini. Ia hanya sedikit merasa ditarik oleh nostalgia. Dulu saat kecil dia sering datang ke tempat seperti ini untuk mencari Ayah dan Ibu, meski yang lebih sering ia temui adalah Pak Kim, sekretaris Ayahnya.

Dari pagi hingga pukul satu siang ini dia sudah berkali-kali mendesahkan napas. Ia gugup dengan penawaran yang akan ia dan sang penawar bahas hari ini. Tapi sesungguhnya apa yang membuat ia membuang napasnya dengan begitu keras adalah perasaan gelisah dan keraguan tentang sebuah nama yang tertera dalam pesan kemarin.

Oh Sehun.

Jika apa yang dipikirkannya benar, maka Oh Sehun yang ini adalah orang yang tak seharusnya ia temui. Ingin rasanya ia berbalik dan berlari sejauh mungkin. Ia terlalu takut untuk bertaruh pada kebenaran. Ia tak mau jika apa yang mengganjal di relung hatinya kini menjadi sebuah realita.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Tak ada lagi jalan untuk berbalik. Lagipula ia sangat membutuhkan ini untuk Chanyeol. Jadi di sinilah ia sekarang, sedang menunggu sekretaris dari Mr. Oh yang terhormat menghubungi sang bos perihal kedatangannya.

"Sir, ada seorang wanita bernama Park Hani yang ingin bertemu dengan anda. Dia bilang kalian sudah membuat janji temu." Sekretaris itu melirik Hani dengan pandangan menilai. Mungkin karena wajah cantiknya yang tidak didukung dengan outfit yang trendi. Pakaiannya cukup lusuh, dibeli di pasar barang murah. Warna navy dari kemeja denimnya telah memudar, sneakers Convers yang ia pakai juga sudah terlalu tua dan kotor. Hani hanya tertawa miris dalam hati karena orang-orang seperti mereka menganggap penampilan adalah yang utama, menilai seseorang dari sampulnya saja. Dia sudah pernah di posisi meremehkan, dan karma itu memang benar adanya. Agaknya ia sedikit merasa ditohok tepat di ulu hati saat kini dirinya berbalik jadi yang diremehkan.

"Suruh dia masuk ruanganku." Suara maskulin yang sedikit serak menjawab dari sambungan. Suara itu sedikit familiar bagi gendang telinganya, rasa gelisah dan keraguan makin menjadi dalam diri. Ia ingin lari, tapi semua sudah kepalang jauh untuk berbalik.

"Tapi anda ada pertemuan dengan jajaran direksi sepuluh menit lagi, Sir."

"Kau bisa mengundurkannya sampai satu jam kemudian. Cepat suruh dia masuk!"

"Sir?"

"Dia masuk atau kau kehilangan pekerjaannmu?"

"Yes, Sir!" Sekretaris itu membuang napasnya kasar, sepertinya ia sedikit kesal gara-gara seorang wanita dengan dandanan lusuh dia dilempari amarah oleh sang atasan.

Saint or Sinner [COMPLETE - OSH]✅Where stories live. Discover now