Kim Jongin's Diary - TWO

984 118 12
                                    

T W O

LOVE YOU TO DEATH

***

Aku pernah mendengar petuah tentang cinta. Betapa indah, betapa membahagiakan, betapa tak terdefinisikan. Aku tersenyum, satir dan sedikit membenarkan.

Aku tahu apa itu cinta.

Dan semua petuah itu hanya sekadar kata-kata.

Bagiku cinta adalah memelihara luka dan merawat lara.

Cinta adalah tentang menjadi bodoh dan lemah.

Cinta...

Apakah aku terlalu naif ketika menafsirkan bahwa getar yang ada di dada saat pertama kali aku melihat sepasang pekat kopi itu sebagai cinta? Apakah aku telah membohongi diriku sendiri dengan menganggap bahwa aku mencintai kenyamanan yang diberikan tangan mungil itu ketika dia tak kunjung melepaskan genggamannya dari jari telunjukku di saat pertama kali kami bertemu?

Entah.

Karena aku pun tak pernah menemukan jawaban atas semua tanya itu seumur hidupku. Aku seolah melakoninya seperti air yang mengalir, membiarkannya membolak-balikkan hatiku, menjungkir-balikkan hidupku, atau memenjarakan rasaku selama hidupku.

Aku tak tahu akan bagaimana hidupku jika aku kehilangan senyumnya yang selalu menyentuh ekor matanya itu, yang membuat pekat kopinya mengintip malu dengan binarnya yang seperti riak kopi yang menempel di pinggir cangkir sehabis diseduh dengan air mendidih.

Aku tak akan pernah tahu apa arti berjuang andai aku tak melihat tangisnya dan merasakan hujaman rasa sakit yang terus menyerang dadaku. Aku membenci perasaan itu, sehingga aku pun berjanji untuk menjaganya dengan hidupku. 

Bagiku mencintai adalah tentang menyerahkan hidup dan matiku untuknya.

Dia nadiku, darahku, jiwaku, pemegang hidupku.

Untuk terus melihat senyumnya, untuk dapat terus mendengar suaranya, untuk bisa terus merasakan hangat genggam tangannya, tidak apa jika aku harus memelihara luka dan merawat lara ini selamanya.

Aku menyadari betapa susahnya kisah kami untuk menemui akhir seperti dongeng yang sering Ibu ceritakan padaku saat aku kecil.

Pun tentang dia yang tak pernah melihatku lebih sebagai sosok teman dan kakak laki-lakinya yang lain.

Aku sadar dengan sepenuhnya, di sini hanya ada aku yang terjebak dalam euforia rasa ini. 

Rasa yang telah membutakan hati dan mataku.

Namun begitu aku pun tahu, bahwa rasa cinta inilah yang menopang hidupku selama ini.

Saint or Sinner [COMPLETE - OSH]✅Where stories live. Discover now