Chapter 46.2 - Electricity

4.7K 863 425
                                    

Soundtrack : Silk City, Dua Lipa - Electricity (ft Mark Ronson & Diplo)

"You give me a feeling, feeling so strong. I know you been treating, treating yourself wrong. So let me care for you, baby. Ima love you differently. I'll give you electricity."

***

"Bibi Nam bilang kau yang memasak semua ini?"

"Tidak."

"Benarkah?"

"Maksudku Bibi Nam membantuku untuk memasak beberapa hidangan yang tidak kumengerti."

Sehun terkekeh geli. Hani tampak salah tingkah sejak tadi. Ia gemas sekali rasanya. Wajah wanita itu memerah dan pekat kopinya bergerak ke manapun asal bukan padanya.

"Apa sup ini buatanmu?"

"Ya."

"Masakanmu enak, luv. Akan menyenangkan jika bisa menikmatinya setiap hari."

"Ya."

"Ya?"

"Maksudku terimakasih."

"Kau menggemaskan, luv. Besok siang datanglah ke kantorku saat makan siang. Bawakan aku masakanmu. Jaehyun akan menjemputmu. Ya?"

"Ya... tunggu! Apa kau bilang?"

Sehun nyaris terbahak. Dia gemas sekali, benar-benar gemas sampai rasanya ia ingin melempar meja yang memisahkan mereka dan mendekap Hani erat-erat.

"Kenapa kau tidak bisa berkonsentrasi?"

"Aku tidak."

"Tidak apa?"

"Tidak tahu. Sehun, berhenti!"

Sehun tertawa setiap kali mengingat itu. Hani sangat menggemaskan. Pemalu sekaligus pemberani. Si cantik yang memperdaya. Si lezat yang menggoda. Haninya yang dulu.

Andai-andai kembali berputar dalam benak. Jika saja semua hal itu tak terjadi Hani pasti sudah jadi miliknya. Mereka akan merawat anak-anak mereka dengan bahagia.

Tidak seperti sekarang. Meski mereka telah terhubung dengan anak di dalam kandungan Hani, mereka tak akan bisa kembali. Sehun tak mau mengulang kebodohan yang sama, begitupula ia sangat yakin Hani akan kembali mendorongnya. Wanita itu pasti tak mau dianggap sebagai kesalahan untuk kedua kali.

"Jadi memang tidak ada salahnya berdamai, Oh Sehun. Menyenangkan juga berdamai denganmu, luv."

Sedari tadi pekerjaannya yang untungnya sedikit itu terbengkalai. Ia sibuk berkirim pesan dengan Hani. Wanita itu masih sama, sama-sama dingin baik di komunikasi digital maupun tatap muka secara langsung. Sehun memeriksa lagi ponselnya. Pesan terakhirnya untuk Hani sudah lebih dari tiga puluh menit dibaca oleh wanita itu. Keningnya berkerut dalam. Ditekannya nomor Hani dan mencoba untuk menghubungi lewat panggilan telepon.

Satu kali tidak terjawab.

Dua kali tidak dijawab juga.

Tiga kali masih belum ada jawaban.

Sehun mencoba dan terus mencobanya lagi hingga mungkin sudah ada dua puluh atau tiga puluh panggilannya yang tak terjawab oleh wanita itu. Kepalanya mulai berdemo, kerumunannya sangat penuh dan ia merasa pening.

Apa terjadi sesuatu?

Rasa khawatir itu langsung memuncak namun Sehun mencoba menekannya. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya hari ini sebelum pulang. Dia tidak boleh meninggalkan semua pekerjaan ini hanya karena Hani tak menjaeab panggilannya. Jadi Sehun mencoba memfokuskan pikirannya pada pekerjaan dan tak memikirkan Hani lagi.

Saint or Sinner [COMPLETE - OSH]✅Where stories live. Discover now