Chapter 43 - Let It All Go

4.6K 827 549
                                    

Soundtrack : Birdy - Let It All Go (feat Rhodes)

"If I look back to the start now I know, I see everything true. There's still a fire in me heart, my darling. But I'm not burning for you."

***

Hani merasakan kegelisahan mulai mendekap jiwanya. Chanyeol, ia melihat Chanyeol berada di peti mati, tak bernyawa. Itu tidak boleh terjadi. Chanyeol tidak boleh meninggalkannya.

Tidak!

Sehun terlonjak di tempatnya berada saat Hani terbangun dengan sentakan yang begitu kuat kemudian wanita itu berteriak dengan sangat keras. Dia langsung berdiri namun kepalanya berputar hebat dan napasnya terasa semakin panas. Sehun limbung, terjatuh kembali ke sofa.

"Sial!"

Jaehyun sudah pulang sejak sore karena sekretarisnya itu masih harus mengurus beberapa urusan kantor yang ditinggalkan Sehun beberapa hari ini. Sekuat tenaga ia mencoba bangkit kembali dan pukulan itu terjadi lagi. Bertambah sakit rasanya saat melihat Hani mulai tersengal dan berkeringat.

"Hani, tenanglah. Aku di sini. Tenanglah."

Sehun memeluk Hani setelah berhasil sampai di ranjang dengan susah payah. Tubuh wanita itu bergetar hebat dan berkeringat dingin namun badannya terasa panas. Sehun terus memeluk Hani dan menggumam semua kalimat penenang yang ia tahu. Dia takut melihat Hani seperti ini lagi. Lima menit kemudian Hani sudah tenang sehingga Sehun melerai pelukan mereka. Napas wanita itu sudah kembali normal.

"Kau demam, Hani. Badanmu panas."

"Tidak. Bukan aku. Kau yang demam."

Kening pria itu berkerut dalam. Hani menyentuhkan tangannya pada kening Sehun dan merasakan seperti ada api yang membakar kulit. Demam Sehun tinggi sekali.

"Panasmu tinggi. Kau demam...." Ia menghidu napas Sehun dan mendapati napas itu berbau alkohol yang sangat pekat.

"Dan mabuk," lanjutnya. Keningnya berkerut lagi, kali ini lebih dalam hingga matanya memicing tajam.

"Aku tidak mabuk. Dan aku tidak pernah demam."

"Tapi kau demam sekarang. Merebahlah." Hani mendorong Sehun agar merebah di kasur. Wajah pria itu memerah karena suhu tubuhnya yang begitu tinggi juga pengaruh alkohol.

"Tidak, kau yang demam. Kau demam, Hani. Merebahlah."

"Lebih baik kita tidak berdebat hal tidak penting seperti ini. Kau demam. Titik. Sekarang tidur!" Hani memaksa Sehun untuk merebah dan akhirnya pria itu menurut tapi tangannya terulur menyentuh kening Hani. Membuat keningnya yang kini berkerut.

"Keningmu panas, Hani. Demammu tinggi sekali." Hani mendengkus. Sehun masih saja memperdebatkan siapa yang demam di antara mereka.

"Dengar, Sehun. Aku tidak demam. Kau yang demam. Bukan keningku yang panas tapi tanganmu."

Sehun mengerjap beberapa kali, sebuah keinosenan muncul dari wajah pria itu membuat sesuatu dalam dada Hani bergemuruh. Sehun tampak... manis.

Sial, apa yang kau pikirkan? Demi Tuhan, sadarlah, Park!

"Benarkah? Tapi aku tidak pernah demam, Hani. Sungguh. Terakhir aku demam mungkin saat usiaku tujuh tahun karena aku bermain hujan. Hari ini tidak hujan sama sekali."

Untuk pertama kalinya, entah bagaimana ia merasa gemas dengan tingkah Sehun. Pria ini adalah tipe peminum yang always sober. Sebanyak apapun yang dia minum, Sehun jarang sekali menjadi seperti layaknya orang mabuk yang suka melakukan hal acak. Mungkin karena pria itu demam.

Saint or Sinner [COMPLETE - OSH]✅Where stories live. Discover now