Hara ¦ 05

113 55 215
                                    

"T E H, teteh yakin gak mau sekolah?" Hara terus merecoki Saza yang tengah duduk di meja makan sambil mengisi beberapa lembar formulir pendaftaran sekolah laki-laki iti.

"Berisik, deh, Ib!" gerutu Saza. "Gue lagi ngurusin formulir pendaftaran sekolah lo. Jangan ganggu gue!"

"Ya udah, Teh, sebelumnya makasih, ya, Teh!" seru Hara.

"Iya," Saza fokus mengisi formulir itu. "Jenis kelamin lo apa, Ib?"

"Jalu, Teh,"

"Okey!" Saza mulai menulis gender-nya Hara. "J-a-l-u." Ia menatap aneh tulisan 'jalu' pada formulir itu.

"Kenapa, Teh?" tanya Hara, membuat Saza mendongak.

"Yang lain laki-laki, kenapa lo jantan?!" bentak Saza menatap Hara dengan tatapan tidak mengerti. "Lo ternyata kambing, ya!"

"Kambing mah betina, Teh,"

"Shaun the sheep atuh, lah!"

"Nah itu baru jantan, Teh," Hara tersenyum lebar. "Embeeee!"

Saza tersenyum picik menatap laki-laki di sebelahnya. "Emang dasarnya gila, ya, gini."

"Siapa yang gila, Teh?"

"Temen gue."

"Untung bukan Hara, ya, Teh," Hara yang merasa lega, langsung mengelus dadanya.

Maksud gue, lo yang gila Hara si Sun Go Kong dari Alam Gaib!

Saza kembali membaca lembaran kertas itu dan langsung menatap Hara. "Darah lo apa, Ib?"

"Suci, Teh,"

"Eh, si Goib, ya!" Saza mulai ngamuk. "Gue serius, Ib!"

"Hara juga serius, Teh," elak Hara. "Kalo gak suci, 'kan, gak mungkin disedot nyamuk."

"Maksud gue golongan darah lo W, X, Y, Z atau V?!" teriak Saza.

"S, Teh. 'Kan, suci."

"Nah, gitu!" Saza yang tidak ingin berdebat lagi, langsung menuliskan golongan darah Hara yang berbeda dari yang lain itu. "Dari tadi, kek."

Hara cengengesan.

Saza mulai membaca pertanyaan berikutnya di formulir Hara. "Lo punya penyakit, gak?"

Hara menggeleng pelan. "Gak punya, Teh,"

"Lo punya penyakit jiwa, Ib. Lo lupa?" Saza mengingatkan.

"Penyakit jiwa itu apa, Teh?" Hara ingin tahu.

"Itu, lho, yang kalo lagi tidur suka merem." jawab Saza santai.

"Oh, kalo gitu, iya atuh, Teh," Hara nyengir menatap Saza. "Hara punya penyakit jiwa."

"Oke!" Saza mulai mengisi nama penyakit Hara. "Hara si sakit jiwa."

"Teh, berarti kita sama, ya, Teh," kata Hara. Saza pun langsung menatapnya sinis.

"Sama apa maksud lo?!"

"Kita, 'kan, sama-sama merem kalo lagi tidur, berarti Teteh juga punya penyakit jiwa, ya, Teh?"

Shit! Senjata makan orang. umpat Saza.

"Gue bukan sakit jiwa, Ib. Gue sakit mata karena terus ngeliat lo."

"Coba atuh, Teh, tutup matanya tiap mau bicara sama Hara," ujar baik Hara.

"Nih! Nih! Nih!" Dengan perasaan geram Saza menekan-nekan cuping hidungnya, membuat kedua lubang hidungnya terlihat oleh Hara.

Hara (Selesai)Where stories live. Discover now