Hara | 23

59 16 62
                                    

S A Z A  memasukkan obat Hara ke dalam sebuah jus apel. Gadis itu tidak bisa memberikan obatnya secara langsung pada karena takut membuat laki-laki itu curiga padanya.

Gue harap, lo cepet sembuh, Ib.

Saza menyimpan sendok bekas mengaduk jus itu, lalu membawa jusnya untuk diberikan pada Hara. Ia meletakkan jus itu di meja, dan menjatuhkan dirinya di sofa.

"Minum, Ib." perintah Saza.

"Cuma satu, Teh? Buat Teteh mana?"

"Gue pengen minum jus buatan lo."

"Ya udah, Hara buatin dulu, Teh!" ujar semangat Hara.

"Gak usah." tolak lembut Saza. "Lo minum aja dulu jusnya."

"Baik, Teh." Hara patuh, ia mengambil jus itu, lalu kembali menatap Saza. "Makasih, ya, Teh."

"Duh, banyak mulut!" Saza mulai kesal. "Buruan minum."

"Mulut Hara cuma satu, Teh,"

"Minum atau gue tampol?!" ancam Saza.

"Iya, iya, Teh," Hara tersenyum jahil, lalu meneguk jusnya perlahan.

Hara menyimpan gelas kosong di meja. "Jusnya manis, Teh."

"Ya iyalah! Orang gue bikinnya pake gula."

"Kirain mau ngegombel, Teh,"

"Lo gak bosen apa, gue gombalin mulu?!" kecam Saza. "Kali-kali lo, kek, yang gombalin gue."

"Emangnya Teteh suka gombelan, Teh?"

"Ihhhh!" Saza merasa geram. "Gombal, Ib! Bukan gombel."

"Lupa, Teh." Saza cengengesan. "Maaf."

"Gue suka kalo lo yang ngegombal." ungkap Saza. "Jarang-jarang soalnya."

"Oh, gitu, Teh ...."

"Ngegombal, gak, nih?"

"Gak, Teh." Hara tersenyum tidak enak. "Nanti, deh. Hara belajar dulu, ya."

"Daripada belajar ngegombal, mending belajar cinta sama gue, Ib."

"Udah, kok."

"Emhhh," Saza tersenyum senang.

"Eh, salah, Teh." Hara menutup mulutnya.

"Ih! Lo bener-bener ngejatuhin gue sejatuh-jatuhnya, setelah nerbangin gue setinggi-tingginya, ya, Ib!" oceh Saza murka.

"Kapan Hara nerbangin Teteh?" tanya Hara, Saza pun pengen pingsan.

"DUH! OTAK GUE MAU MELEDAK!"

Hara berdiri semangat. "Hara ambilin es batu buat dinginin otanya, ya, Teh!" ujarnya.

"Gak perlu." balas datar Saza. "Duduk." perintahnya.

Hara memberengut kesal, lalu kembali duduk.

"Ib," Saza menatap serius Hara. "Apa Savina ada hubungannya sama kejadian kemarin?"

Hara menggeleng. "Enggak, Teh,"

"Terus, siapa yang pengaruhin lo, buat nolongin anak itu?"

"Itu keinginan Hara sendiri, Teh,"

"Lo lagi bohong sama gue, Ib." Saza membuang muka. "Waktu itu, lo bilang mau ke toilet. Gimana bisa sampai ke jalan raya coba?"

"Tapi, Teh—"

"Cukup!" Saza mengangkat tangannya, menatap dingin Hara. "Gue gak suka dibohongin."

"Teh ...."

"Lo gak usah ngomong kalo yang lo keluarin cuma kebohongan."

Hara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang