Hara ¦ 06

110 55 174
                                    

S A A T ini Saza tengah mengocok dadu. Ia menatap Ararya dan Hara bergantian dengan senyuman kecutnya. Mereka tengah bermain ular tangga dengan penuh ketegangan.

Hara yang sedang menatap Saza pun tidak melunturkan senyumannya. Meskipun ia tidak bisa melupakan pernyataan menyakitkan gadis itu, ia tetap harus tersenyum untuk Saza.

Hara benar-benar ingin menjadi matahari Saza. Matahari yang selalu bersinar sampai waktunya padam tiba.

Teteh harus tetep bahagia, Teh ... sebagai teman, Hara seneng liat Teteh seneng.

Saza menatap berbinar dadu yang sudah mengeluarkan angka tiga karena kocokannya. "Tiga!"

Saza mengarahkan pionnya sesuai angka dadu. Setelah pionnya berhenti jauh dari kepala ular, gadis itu menatap dua laki-laki di depannya dengan antusias.

"Delapan lagi, gue win!" seru Saza. "Kalo lo berdua kalah, gendong gue ke puncak."

"Gak mau digendong ke kasur, nih?" Ararya menaik-turunkan kedua alisnya.

"Gak, ah! Takut dimakan Om Ararya." celoteh Saza membuat Ararya tertawa.

"Kalo lo kalah," Ararya tersenyum jahil dan mengambil dadu dari tangan Saza. "Cium gue sesuai umur gue."

"Dasar sugar mesum." Saza tersipu malu. Ia memusatkan pandangannya ke arah lain.

"Kalo Teteh kalah, nggak apa-apa, deh." Hara pasrah entah kenapa.

"Tumben waras, Ib?" celetuk Saza.

"Hara juga gak tau, Teh," Hara bingung.

"Obat lo abis kali, Ib," tebak Saza. "Karena itu lo jadi waras."

"Iya kali, ya," Hara menggaruk puncak kepalanya yang tidak gatal.

"Udah, udah," relai Ararya yang langsung menatap Saza. "Aku harus ngocok, Sayang,"

"Ya, tinggal ngocok apa susahnya, sih?!" semprot Saza.

"Gak bisa fokus denger suara kamu," rayu Ararya.

"Wewe gombel."

"Pacar Teteh pantesan serem, ya," ceplos polos Hara.

"Heh! Maksud Saza, gue gombal." koreksi Ararya. "Indah dipandang gini, serem dari mana coba?"

"Gombal itu apa, Teh?" tanya Hara pada Saza.

"Itu, gembel." sahut asal Saza.

"Pantesan pacar Teteh kusam, ya,"

"Cuci mata, Ib!" sembur Saza. "Pacar gue kayak pangeran sapi gitu dibilang kusam."

"Lima!" ucap Ararya setelah melempar dadunya. Saza dan Hara pun langsung diam menatapnya. "Kalo ngebully gue mulu, kapan selesainya ini permainan?"

"Ini permainan, Teh?" timpal Hara.

"Gue juga baru tau, Ib," balas datar Saza.

Ararya menghela napas pelan dan memajukan pionnya. Setelah pionnya berdiri di mana seharusnya, laki-laki itu pun langsung melempar dadu yang tengah dipegangnya ke arah Hara.

Hara yang tersigap, langsung menangkap dadu tersebut dan mulai mengocok sambil bersumpah serapah menatap laki-laki tidak sopan di sampingnya.

Ku kutuk kau jadi asin.

"Gue udah stres, lama-lama gue bisa gila, nih." keluh Ararya.

"Ternyata lo udah stres, Ar?" Saza berdecak tidak menyangka. "Gila! Kenapa gue mau sama orang gila?!"

Hara (Selesai)Where stories live. Discover now