Hara ¦ 13

79 43 272
                                    

S A A T ini, Hara tengah bolak-bolak risau di depan ruang UGD. Keringat dingin tidak berhenti turun membasahi dahinya. Ia terduduk di kursi dan menarik kuat rambutnya.

Laki-laki itu merasa gagal, gagal dalam menjaga gadisnya.

"Hara gagal ...," gumam Hara, ia memukul-mukul kepalanya dengan keras. "Hara tidak berguna ...."

Cklek!

Mendengar pintu UGD dibuka, Hara langsung mendongak dan menghampiri dokter yang selesai memeriksa Saza. "Gimana kondisinya, Dok?" Hara masih cemas.

"Pasien kelelahan, saat ini dia hanya perlu istirahat karena kondisinya sudah baik-baik saja." jawab dokter.

Hara tersenyum lebar, dengan cepat ia langsung melangkah masuk ke ruangan itu. Setelah pintu terbuka, senyumannya semakin merekah, gadisnya sudah sadar dan tengah berusaha bangkit untuk duduk.

Saza yang sudah duduk, masih tidak menyadari keberadaan Hara. Gadis itu terkejut saat Hara tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat.

"Teh, teteh gak kenapa-kenapa, 'kan, Teh?" tanya Hara panik. "Hara takut ...."

Saza tidak menjawab ataupun membalas pelukan Hara. Ia malah mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan sikap laki-laki itu.

"Teh!" Hara langsung meregangkan pelukannya dan menatap Saza dengan wajah khawtirnya. "Teteh udah baik-baik aja, 'kan, Teh?!"

Saza memegang wajah laki-laki itu dan mengangguk pelan.

Hara kembali memeluk gadis itu, membuat Saza luluh dan membalas pelukan laki-laki itu.

"Ib ...." ucap lembut Saza.

"Jangan kayak gini lagi, Teh ...," Hara merasa sakit.

"Ib," Saza tersenyum, tangannya naik mengelus punggung laki-laki itu. "Gue nggak apa-apa."

"Hara cemas, Hara takut ...." Hara semakin mengeratkan pelukannya.

Saza mengarahkan pandangannya ke lantai dan semakin terkejut melihat jejak langkah kaki Hara berwarna merah pekat. Ia mengalihkan pandangannya ke kaki Hara dan langsung melepaskan pelukan laki-laki itu, menatapnya dengan mata yang tiba-tiba memanas.

"Ib!" bentak Saza. "Gue nggak apa-apa! Lo kenapa, sih?!"

"Apa yang lo takutnya, hah?! Rasa takut lo itu berlebihan, Ib!" lanjut Saza, dengan cepat ia memegang kedua pipi Hara dan mengusap cepat keringat yang ada di kening laki-laki itu. "Lo nyadar, gak, sih? Kaki lo lebih parah, Ib!"

"Hara takut terjadi sesuatu sama Teteh,"

"Jangan pikirin gue!" Saza emosi. "Pikirin diri lo sendiri, Ib!"

Entah mengapa, Saza tiba-tiba menangis. Ia langsung melingkarkan tangannya ke leher laki-laki itu dan memeluk erat Hara seraya membelai lembut rambutnya.

"Kenapa lo bawa gue ke sini tanpa sepatu, Ib ...?" gumam Saza. "Lo jadi terluka,"

Hara yang sudah sedikit tenang, langsung meregangkan pelukan Saza dan tersenyum, menangkup wajah gadis itu. "Hara nggak apa-apa ...."

"Jangan boong terus," pinta pedih Saza
Air matanya jatuh begitu saja. "Gue tau itu pasti sakit ...."

"Maafin Hara, Teh." Hara menggerakkan kepala gadis itu untuk bersandar dadanya. Barusan ia lalai dalam menjaga gadisnya dan sekarang ia malah membuat Saza menangis. "Hara udah bikin Teteh nangis,"

🍃

Hari sudah malam, Saza tengah berjongkok dan membalut kaki Hara dengan beberapa helai perban. Gadis itu bisa menyembuhkan luka di kaki Hara, tapi ia tidak bisa menyembuhkan luka yang timbul di hatinya melihat penderitaan laki-laki itu.

Hara (Selesai)Where stories live. Discover now