Hara ¦ 15

62 26 206
                                    

" A P A ? " Saza membulatkan matanya setelah mendengarkan cerita Hara. Saat ini mereka sudah ada di rumah. Karena tangan Hara sudah ditangani, laki-laki itu pun sudah boleh pulang. "Jadi, Ararya yang minta lo ngelakuin semua ini?"

"Iya, Teh." sahut Hara.

"Lo kenapa nurut aja, sih?" Saza mulai geram. "Itu perintah syaiton, Ib!"

Hara tertegun.  "Hara cuma gak mau Teteh disentuh sama dia,"

"Maksud lo? Dia ngancem bakal nyentuh gue, gitu?" tanya Saza.

Hara mengangguk pelan.

"Dia gak bakal ngelakuin itu, Ib!" sentak Saza. "Sebelum gue terima dia jadi pacar gue, gue udah bikin perjanjian sama dia kalo dia gak boleh berlebihan sama gue!"

"Hara gak tau, Teh," ucap pelan Hara.

"Gila, ya, tuh, orang. Lebih gila dari lo njir...."

"Hara gak gila, kok." sergah Hara menggeleng pelan.

"Kalo lo gak gila, lo gak bakal maen iyain aja!" sembur Saza.

Hara menunduk lesu.

"Dahlah, buruan makan!" Saza menyendok bubur dan mengarahkannya pada Hara. "Setelah itu, langsung tidur!"

Tangan Hara bergerak untuk mengambil sendok dari tangan Saza. "Hara bisa sendiri, Teh." balasnya lembut.

Saza langsung menarik sendok itu. "Hari ini,  biar gue manjain lo."

"Manjain gimana, Teh?" Hara tidak paham.

"Nurut aja apa susahnya, sih?!" cecar Saza.

"Iya, iya, Teh," balas malas Hara.

"Buka hidung lo!" titah Saza.

"Hidung Hara udah terbuka, Teh."

"Ish! Lo bener-bener, ya!" geram Saza. "Mulut maksud gue, Ib!"

Laki-laki itu membuka mulutnya perlahan, membuat Saza tersenyum, dan langsung menyuapinya dengan senang hati. Setelah gadis itu menurunkan tangannya, Hara pun mulai mengunyah perlahan.

"Enak, gak?" tanya Saza.

Hara mengangguk. "Enak, Teh!" pekiknya.

Saza berdesis. "Bohong, ah! Mana ada bubur enak?!"

"Kan, disuapin Teteh." Hara nyengir. "Gak enak pun, jadi enak, Teh,"

Saza bergidik. "Ihhh, digombalin Bang Goib langsung merinding."

"Bang Goib itu yang gak pulang-pulang, ya, Teh?"

"Itu Bang Toyib!" balas Saza nyolot.

"Bang Goib, ya, Bang Goib aja, Teh."

"Terserah sayur lo, deh!"

🍃

Ararya sedang berjalan di koridor sambil menenteng tas di bahu kanannya. Laki-laki terus melangkah penuh senyuman. Ia sangat bahagia karena saingannya sudah tiada.

Si bodoh pasti udah tenang di sana! Laki-laki itu tertawa puas.

Savina tiba-tiba bergelayut manja di tangan Ararya.  "Hai, Sayang!"

Laki-laki itu memutar malas bola matanya dan langsung melepaskan tangan Savina dari tangannya. "Lepasin gue!"

Savina cemberut. "Kamu kenapa, sih?"

Ararya malah membuang napas malas.

"Kamu kenapa duain aku, sih, Ar?!" tanya Savina langsung.

"Gue, 'kan, udah bilang kalo gue gak cinta sama lo." jawab santai Ararya.

Hara (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora