Hara ¦ 16

69 28 325
                                    

S A A T  fokus menyetir, Saza terus meraba saku seragamnya untuk mencari benda pipih miliknya. Benda itu tidak ada. Gadis itu pun berdecak kesal dan memutar balik mobil untuk mengambil ponselnya.

"Pasti ketinggalan di  sekolah, nih."

Melihat kerumunan di depannya, Saza menghentikan mobilnya dan membuang napas malas. Ia terus memutar malas bola matanya.

"Ada apa, sih, di sana?" Kepala Saza celingukan untuk melihat penyebab kerumunan di sana. "Apa, sih? Kecelakaan?"

Karena penasaran, Saza pun keluar dari mobilnya dan melangkah menerobos kerumunan untuk melihat siapa yang mengalami kecelakaan. Setelah korban itu tepat di hadapannya, mata dan mulut gadis itu terbuka lebar-lebar begitu saja.

"IB!" pekik Saza.

Saza langsung mendekati Hara dan menaikkan wajah laki-laki itu ke kedua pahanya. Mata gadis itu mulai menggenang air mata melihat darah sudah mengotori wajah tampan itu.

Saza menepuk pelan pipi laki-laki itu. "Ib! Lo bisa denger gue, 'kan, Ib?" Ia mulai cemas. "Ib! Buka mata lo, sial!"

Hara tak kunjung menjawab. Benturan yang didapat Laki-laki itu sudah membuatnya kehilangan kesadaran. Saza pun tidak bisa menahan bulir hangatnya. Air matanya jatuh tiba-tiba.

"Ib! Bangun, Ib!" teriak Saza menggoyang-goyangkan wajah Hara. "Lo budeg, hah?!"

Melihat tingkah Saza, orang-orang di sana malah menatapnya bingung.

Gadis itu mendengus geli dan langsung berdiri. "Kenapa kalian semua malah diem aja, sih?!" Ia menatap murka orang-orang di dekatnya. "Ayo tolong bawa dia ke mobil gue!"

Warga di sana sontak saling melirik dan mengangguk. Mereka langsung bergerak mengambil Hara untuk dibawa ke dalam mobil Saza.

Saza memegang bahu seorang wanita paruh baya. "Bu, apa Ibu tau, kenapa dia bisa kayak gini?" tanyanya.

"Saya lihat, dia nyebrang gitu aja pas truk mau lewat, Dek." sahut wanita itu.

Saza tertawa hambar dan langsung menarik rambutnya dengan satu tangannya. Gak bisa nyebrang atau gimana, sih?!

Setelah Hara masuk ke mobil gadis itu, Saza mulai berlari memasuki mobilnya. Laki-laki itu ditempatkan di jok depan, gadis itu pun langsung menggerakan kepala Hara agar bersandar di dadanya.

"Lo harus tahan, Ib." Saza mengecup singkat puncak kepala laki-laki itu dan langsung menginjak pejal.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Gadis itu mengemudi tanpa mengingat aturan. Wajahnya berubah merah padam menyadari seragamnya sudah berubah warna menjadi merah karena darah laki-laki itu.

Gue harap, darah ini gak keluar lagi karena gue, Ib.

Setelah beberapa menit, akhirnya Saza sampai di depan rumah sakit. Seolah tahu ada pasien baru, dua orang perawat laki-laki yang tengah mendorong brankar kosong, langsung menghampirinya.

Saza keluar dari mobil dan membuka pintu mobil lainnya, membiarkan dua perawat itu memindahkan Hara ke bankar tersebut. Hara mulai didorong memasuki koridor rumah sakit. Gadis itu pun mengekorinya sambil menghapus perlahan darah di wajah laki-laki itu.

Kuat, gue mohon.... Saza kembali mengucurkan air mata. Bibirnya naik mencium pelan kening laki-laki itu.

Setelah Saza menjauhkan bibirnya, Hara pun dimasukkan ke ruang UGD. Gadis itu mendudukkan bokongnya di kursi rumah sakit. Jantungnya berpacu cepat. Pandangannya naik, menatap kosong ruangan tempat penanganan laki-laki itu. Perasaan takut mulai menghantuinya. Ia takut terjadi sesuatu pada Hara.

Hara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang