Hara | 19

92 25 436
                                    

S A Z A  mendekati kelasnya dengan perasaan bingung. Ia bingung harus menjelaskan apa pada Hara yang memang melihanya mencium Ararya tadi.

Ib, lo ... pasti bakal muak banget sama gue.

Saza menghentikan langkahnya di samping pintu, dan menatap sendu Hara yang tengah menulis. Maaf, Ib.

Ia melanjutkan langkahdan duduk di kursi, tanpa menatap laki-laki di sebelahnya itu. Hara yang menyadari keberadaan Saza, langsung menyimpan alat tulisnya, lalu tersenyum tipis menatap Saza.

"Teh?" panggil Hara.

Saza menoleh dengan ragu. "Soal tadi ... maaf, Ib,"

"Nggak apa-apa, Teh." Hara tersenyum. "Yang penting Teteh bahagia."

Saza menatap Hara penuh keseriusan. Gak, Ib! Gue gak bahagia ngelakuin itu semua!

"Lo ... gak sakit hati?" tanya Saza. "Gak cemburu?'

"Nggak, Teh...." balas lembut Hara. "Santai aja."

Saza menarik napas panjang dan mengalihkan pandangannya ke depan. Si Goib emang gak punya perasaan apa pun sama gue.

Hara, dia terus tersenyum sayu menatap gadis itu. Tuhan, maaf. Barusan, Hara berbohong.

🌀

Saza dan Hara tengah berjalan di koridor sekolah menuju kantin. Laki-laki itu terus cengar-cengir menatap Saza.

"Senyum mulu lo!" hardik Saza. "Bibir lo, gak pegel apa?!"

"Nggak!" Hara menggeleng cepat. "Senyum, kan, ibadah, Teh,"

"Tapi, gue ngerasa risih!" ucap Saza. "Senyuman lo bikin jantung gue senam!"

"Jantung senam pasti seru, ya!" pekik Hara.

"Seru gimana, njir?! Kalo copot gimana?!" sentak Saza.

"Pasangin lagi aja, atuh Teh!" saran Hara.

"Pinter amat, lo, anjrot!" Saza ngamuk.

"Teteh lucu, ya, kalo lagi ngambek."

Saza mendengus, tersenyum puas. "Baru nyadar, ya, Anda?"

"Iya, Nyai,"

Saza menghentikan langkahnya, menatap murka Hara. "SEKALI LAGI LO MANGGIL 'NYAI', GUE SULAP KEPALA LO JADI BAKSO BAYI!"

"Hehehe, galak amat, Teh,"

"Emang ini gue!" teriak Saza ngamuk.

Hara refleks menutup telinganya.

"Tahan, syukur! Nggak, bomat!" lanjut gadis itu.

Hara, lalu memasang wajah riangnya. "Lucu, ih!" pekiknya.

Saza berdesis. Ia nenatap sinis Hara, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan laki-laki itu.

Hara, ia nyengir, lalu berlari mengekori Saza. "Tunggu, Teh!"

Di sisi lain, Saga yang tidak sengaja melihat pasangan itu melewati kelasnya, langsung mendengus, tidak suka melihat kemesraan pasangan itu.

"Hara, gue yang lebih dulu deket sama Saza." bisik tajam Saga. "Jadi, gue juga yang harus lebih dulu milikin Saza."

🌀

Hara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang