Hara | 21

71 23 352
                                    

T E T !  Tet! Tet!

Bel istirahat berbunyi. Saza dan Hara keluar dari kelasnya untuk mengisi perut mereka yang sudah berisik minta diisi. Pagi tadi, mereka tidak sempat sarapan karena Hara memang belum sempat memasak.

"Lo ke kantin duluan, deh." ujar Saza. "Gue mau ke wc dulu."

"Hara tunggu di sini aja, Teh," balas Hara.

"Ya udah, gue pergi." ucap Saza, mendapat anggukan dari Hara.

Saza menggerakkan kakinya menuju toilet yang letaknya tidak terlalu jauh dari kelasnya. Hara, laki-laki itu menyenderkam punggungnya ke tembok di belakangnya dengan penuh senyuman.

Saga yang baru keluar dari kelasnya, tidak sengaja memusatkan matanya pada Hara. Ia tersenyum miring, lalu berjalan mendekati Hara.

Ia ikut menyenderkan bahunya di samping Hara. "Har?"

Hara menolehkan kepalanya menatap Saga. "Iya, A?"

"Gue boleh tanya sesuatu?"

"Tentu, A!" balas semringah Hara.

"Apa Saza pernah nyebut lo ... 'bodoh'?"

Hara tertegun. "Sering, A,"

"Lo mau tau cara biar lo gak disebut 'bodoh' sama Saza?"

"Iya, A!" sahut semangat Hara. "Gimana caranya, A?"

"Gampang, kok. Lo cuma perlu berbuat kebaikan aja, biar lo bisa nutupin kebodohan lo itu," beber Saga.

"Tapi, Hara rasa ... selama ini Hara udah sering berbuat kebaikan, A."

"Berarti kebaikan lo kurang besar, Har." kata Saga. "Kalo kebaikan lo besar, Saza pasti gak akan nyebut lo gitu,"

"Terus, kebaikan apa yang bisa nutupin kebodohan Hara, A?"

"Nyelametin orang." gumam Saga. "Lo pernah, gak?"

Hara menggeleng pelan. "Enggak, A,"

"Kalo lo bisa nyelametin orang, gue yakin, Saza akan semakin suka sama lo,"

"Hara pengen coba, tapi siapa yang bisa Hara selametin, A?"

"Jadi, lo mau nyelametin orang?" tanya Saga memastikan.

"Iya, A," balas Hara

"Pas pulang sekolah, lo tungguin gue di depan kelas gue." saran Saga. "Gue bantu lo, nyari orang yang bisa lo selametin."

"Baik, A." Hara senang. "Terima kasih, ya,"

Saga mengangguk puas. "Tapi, jangan kasih tau Saza tentang apa pun, ya,"

"Baik, A."

🌀

Saza terus tersenyum geli memperhatikan Hara yang tengah memakan kebab dengan kunyahan cepat. Laki-laki itu benar-benar berbeda dari yang lain. Sikap polosnya, membuat Saza selalu ingin menggodanya.

"Gimana, Ib?" tanya Saza. "Lo suka kebab, atau gue?"

Uhuk! Uhuk!

"Gak dijawab sekarang, boleh, ya, Teh?" Hara tersenyum tidak enak.

Saza berdecak malas. "Lupain. Perasaan gue mulai gak enak."

"Baik, Teh," Hara nyengir.

"Gak peka banget, sih, lo!" cecar Saza.

"Peka itu apa, Teh?" Hara tidak tahu.

"Ishhh!"

"Har!"

Hara (Selesai)Where stories live. Discover now