18. Berdamai dengan Masa Lalu

28K 4K 2.1K
                                    

Hallo Millow!!! Kalian apa kabar? Semoga kalian nggak bosen yaa baca cerita ini, aku bakal selalu usahain update cepet💗💗💗

Aku up lagi kalo vote dan komennya udah 2k yaawww💗💗

Aku up lagi kalo vote dan komennya udah 2k yaawww💗💗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


18. Berdamai dengan Masa Lalu

"Pada akhirnya lo harus bisa berdamai dengan masa lalu untuk kembali memulai hubungan dengan orang lama."

***

Riri melipat kedua tangannya di atas meja belajar, lalu meletakkan kepalanya dan menangis sejadi-jadinya di sana. Ia merasa bersalah atas perbuatannya pada Gala. Namun, di sisi lain ia merasa bingung dengan situasi sekarang.

Riri merasa lelah karena akhir-akhir ini banyak sekali hal yang terus-terusan menguras tenaga juga pikirannya. Semua terasa sulit dijelaskan. Rasa lelah, sedih, takut, ragu, gelisah, khawatir, semua campur aduk menjadi satu. Membuat emosinya menjadi sangat labil akhir-akhir ini.

Tak lama setelahnya terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar. Menyadari bahwa ia lupa mengunci pintu, Riri bergegas mengangkat kepala dan mengusap air matanya. Berusaha terlihat seakan tidak terjadi apa-apa, meski ia juga belum tahu siapa orang yang hendak masuk ke dalam kamar.

Dugaan Riri kalau tidak Danis sudah pasti Dewa. Tidak mungkin Mamanya. Karena Mamanya masih berada di rumah sakit untuk menemani Papanya yang tengah dirawat di sana.

Kreeek

Suara pintu dibuka dari luar.

"Ri--lo habis nangis?"

Itulah pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh seorang cowok yang kini berdiri di ambang pintu. Cowok itu kembali menutup pintu, lalu cepat-cepat mendekat ke Riri sambil mengulurkan kedua tangannya dengan tatapan khawatir.

"Kenapa?" Danis bertanya lembut setelah berhasil memeluk adik perempuannya yang masih terdiam di tempat. Tanpa suara, tanpa jawaban apa pun.

Mendapat usapan lembut di kepalanya, Riri lantas membalas pelukan Danis. Nyatanya sekuat apapun ia berusaha untuk menyembunyikan perasaan sedihnya pada Danis, Abangnya itu tetap saja peka. Apalagi sisa air mata di pipinya yang tidak akan bisa membohongi Danis perihal keadaannya sekarang.

"Kenapa, hm?" ulang Danis tanpa menghentikan usapan di kepala Riri. Pelukan dan usapannya memang tidak bisa menyembuhkan rasa sakit yang mungkin sedang Riri rasakan, tetapi setidaknya itu bisa membantu menenangkan Riri.

Dalam diamnya, Riri hanya menjawab dengan gelengan kepala. Sejujurnya banyak sekali hal yang ingin Riri ceritakan pada Danis. Namun, saking banyaknya, Riri sampai bingung harus menceritakan mulai dari mana dulu.

Merasa butuh tempat dan posisi yang lebih nyaman untuk mengobrol, Danis membawa Riri duduk di tepi kasur dan untungnya Riri hanya diam, menurut.

"Mau cerita sama Abang? Kalau nggak mau nggak papa juga. Tapi nangisnya nggak boleh lama-lama, ya?" ucap Danis dengan senyuman hangatnya. "Sini, mau dipeluk, lagi?"

BUCINABLE 2 ; More Than Home Where stories live. Discover now