2: hidup itu nggak ketebak

241 39 5
                                    

✎ ⋆ ˚ • ⋆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆ ˚ • ⋆

"Awas lu ya kalah, pokoknya Rana kudu masuk tim kita. Nggak mau tau!" Bisikan Erga membuat Krama menghela napas. [Belom juga maen, udah ada aje nih tekanan. Untung temen.]

Jam pelajaran olahraga. Waktu bebas yang mereka miliki dialokasikan untuk bermain basket campur, putra dan putri. Satu kelas dibagi menjadi empat tim. Krama menjadi salah satu kapten yang dipilih secara acak. Setelah melalui penyaringan hompimpa dan gunting-batu-kertas, empat kapten bergiliran memilih anggota sesuai urutan.

"Rana."

Decakan kecewa terdengar bersahutan di telinga Krama begitu Abi yang beruntung memanggil Rana ke dalam timnya.

"Ah elah, kecewa gue," Erga menggeleng-gelengkan kepala.

Krama menyikut perut teman satu timnya tersebut. Cengiran banyolnya tampak. "Elah, kayak Rana mau aja sama elu, tong."

"Sekali lagi lo panggil gue pake nama-nama aneh, gue sulap jadi ayam lo ya." Sebelum Erga menimpuk lehernya, Krama lebih dulu menghindar.

"Iye, iye, si paling sulap. Mending skill sulap lo dimanfaatin deh biar pulpen yang gue pinjemin ke lo kapan tau itu balik."

"Elah, dibahas lagi," rutuk Erga.

Kali ini Krama yang berhasil menimpuk Erga. "Punya Yure, Nyet! Gue sampe boong ke dia tu pulpen dipake sama Dara, asal lo tau. Kayak nggak tau Yure aja lo, bisa banget tuh cewek ngulitin gue hidup-hidup kalo tu pulpen ilang."

"Nah! Nah itu, bilang aja Dara ngambil pulpennya. Nggak mungkin juga ga sih Yure tega sama adek lo."

"Tong, tong, lo kayak nggak tau insting cewek semengerikan apa..."

Babak pertama, Tim Krama melawan Tim Abi. Peluit melaung. Bola dilambungkan. Tim Abi dengan mudahnya memimpin permainan. Sesuai dugaan, Rana menjadi salah satu MVP di lapangan.

Yang luput Krama ceritakan, selain pintar, Rana adalah perempuan yang atletis. Tidak hanya bersinar di kelas, gadis itu juga menarik perhatian di lapangan. Rana si putri keraton mendadak menjadi cewek sporty yang tangkas dan lincah, tapi di saat yang bersamaan masih mempertahankan kesan anggun dan elegan. Barangkali itu sebabnya semua orang memuja gadis itu. Dan yang membedakan Rana dengan pentolan sekolah yang lain adalah Rana tetap merunduk dan berperilaku biasa-biasa saja. Bicara seperlunya, berteman ala kadarnya.

"Rana! Rana!"

"KRAM, HAJAR, KRAM, JANGAN NGALAH LU YA MENTANG-MENTANG LAWAN LU RANA!"

Ah, Erga berisik.

Napas Krama berkejaran dengan irama jantungnya. Permainan hampir menyentuh 12 menit ketika Rana tiba di hadapan Krama sambil men-dribble bola. Ring basket Tim Krama berjarak beberapa langkah di belakang. Kalau Rana berhasil mencetak skor, maka Tim Abi yang menjadi pemenang.

Sorak penonton makin riuh tatkala Krama berusaha menghadang Rana yang mengupayakan berkelit. Debar jantung Krama makin tak karuan. Mungkin karena takut dirujak oleh teman timnya apabila membiarkan tim mereka kalah, terutama Erga. Atau mungkin karena jaraknya dengan Rana yang ....

Gedebuk!

Suara napas tertahan menggiring waktu dikuasai hening beberapa saat, sebelum langkah-langkah menghambur menuju satu titik.

"Ran!"

Krama bersimpuh, gelagapan mendapati Rana yang tersungkur sambil mendesah kesakitan.

[It was at this moment he knew, he fucked up~ Hidup kadang emang membagongkan!]

*

*

Satu botol minuman isotonik dingin mendarat di meja Krama. Yure mengempaskan diri di kursinya. Melihat Krama tidak berkutik, Yure sepenuhnya menghadap lelaki itu. "Lo oke?" tanyanya.

Krama tidak beralih ke Yure, masih bertahan menerawang botol minuman yang Yure berikan. Air mukanya muram. "Menurut lo ... dia baik-baik aja, nggak? Sampe dibawa ke rumah sakit gitu..." lirih Krama bersuara. Lalu menghela napas.

"Nanti juga kita tau."

Krama mengacak rambutnya kesal. Helai rambut yang harusnya sudah waktunya dicukur itu—kalau tidak mau kena semprotan Pak Janitra—makin membuat penampilannya tidak karuan. "Kenapa sih gue belagak ngehadang! Harusnya gue biarin aja dia nyetak poin."

"Apa sih, Kram, malah nyalahin diri lo sendiri? Cedera itu wajar kali di permainan. Apalagi kalian bukan atlet profesional."

"Tapi dia sampe ke rumah sakit gitu gara-gara gue-"

Yure tiba-tiba menyambar minuman di depan Krama, membuka tutupnya, dan menyodorkannya ke arah lelaki itu. "Mending lo minum nih, udah gue beliin. Hargain dong. Gue bela-belain nggak beli risol mayo buat lo doang nih!"

Krama berkedip, menurut. Yure menghela napas. Meski agak semena-mena dan cenderung jutek, Yure berdiri di barisan paling depan kalau menyangkut membela Krama. Ketika beberapa anak menggoda Krama atas kejadian yang menimpa Rana, Yure memasang badan. Dengan tipe resting bitch face miliknya, Yure membungkam mulut-mulut itu tanpa usaha banyak.

"Kalo lo sekhawatir itu, jenguk aja anaknya. Liat dengan mata kepala lo sendiri. Minta maaf langsung kalo lo emang ngerasa bersalah."

Krama mengangguk lesu. "Lo-"

"Lo pergi sendiri deh, gue kan ada bimbel abis ini." [Ya gitu emang anaknya, belom dimintain tolong udah nolak duluan.]

"Ya..." [Yhaa lemes amat ni bocah remaja atu.]

*

*

Krama Baatara
Ran, ini gue Krama. Lo masih di rumah sakit?

*

Kirana Mahaira
Hai, sorry baru bisa pegang hp
Udah pulang kok
Sorry ya, lo pasti panik gara-gara gue

Krama Baatara
Hah apaan si
Gue lah yang sorry, lo jatoh kan gara-gara gue

Gue mampir, boleh?
Nggak tenang nih kalo gue nggak liat lo langsung
Maksudnya mastiin lo baik-baik aja dengan mata gue sendiri gitu

Kirana Mahaira
Gue baik-baik aja kok
Lo mau mampir sekarang ...?

Krama Baatara
Eh iya juga yak udah malem
Besok lo masuk?

Kirana Mahaira
Belum sih

Krama Baatara
Ya udah, besok beres sekolah gue mampir ya
Gue cuma mau liat lo doang kok
Maksudnya mastiin
Kayak yang tadi gue bilang
Eh kok gue kesannya maksa ya
Ran?

Kirana Mahaira
Lo nggak mau nunggu gue masuk aja?

Krama Baatara
Ini secara halus lo nolak gue jenguk ya?

Kirana Mahaira
Eh, maksud gue pada akhirnya kan kita bakal ketemu di sekolah juga

Krama Baatara
Ini secara halus lo nolak gue jenguk ya? (2)

Kirana Mahaira
Kirana Mahaira sent a location.

Krama Baatara
Wkwk nah gitu dong
Oke thankssss
Rest well Ran

୨୧ ⋆ 。˚ ✧ ⋆

yogyakarta, 1 april 2023.

where our hearts meetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang