16: di balik diamnya krama

58 13 0
                                    

✎ ⋆ ˚ • ⋆

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

⋆ ˚ • ⋆

"Yakin nih lo nggak futsal? Mo ke mana sih?"

Krama menarik lembaran tisu dari kotaknya, mengelap keringat di sekitar bingkai wajah. Pedas kuah bakso beserta riuh pengap kantin membuat badannya panas. "Kepo aja lo," sahutnya pada Gibran.

Gibran melemparkan rematan tisu ke Krama. "Songong amat! Guys, guys, lo pada tau nggak sih," Gibran mencoba menarik perhatian Abra dan Sam yang fokus pada piring masing-masing, "si kunyuk ini ternyata lagi make a move deketin si Rana. Kemaren makan berduaan lagi tuh di Bang Saleh."

Dua pasang mata itu lantas mendarat ke arah Krama yang sontak gagap sesaat. Tidak terima, Krama menyemprot, "Sembarangan! Nggak usah deh lo sebar-sebar hoaks gitu, Bran!"

"Mana adaa hoaks. Orang saksinya banyak."

Krama memutar bola mata. "Ya bagian makan batagornya bener. Tapi gue nggak lagi ngedeketin dia, ye! Sotoy amat si lu, kurang-kurangin napa dah."

"Ah maca ciiih."

Baru akan menepis, Sam keburu menyergah, "Yakin sedikiiitpun nggak naksir? Rana yang kayak gitu beneran lo nggak suka, Kram? " tanya laki-laki itu, mengedip polos. Entah betulan polos atau dibuat-buat, yang Krama tahu ia ingin menimpuk kawannya itu.

"Kalo lo mau deketin dia biar ranking gue naik, mending nggak usahlah, Kram," timpal Abra tiba-tiba. Makin membuat Krama kehilangan kata.

Hidung Krama kembang-kempis karena merasa disudutkan, ditambah cekikikan Gibran yang terdengar menyebalkan. "Bener-bener ya lo semua," desisnya menyipit. Ia pun menunduk kembali ke mangkuk baksonya, tersisa bihun dan kuahnya yang menunggu untuk diseruput. "Ntar deh kalo masih sempet gue nyusul futsal yak," ucapnya berusaha membelokkan topik.

"Yadeeeh~ Awas aja dateng-dateng udah taken lo."

Tanpa pikir panjang, Krama menendang kaki Gibran di bawah meja untuk membungkam laki-laki itu. Nggak ada abisnya ni anak urusan godain orang, batin Krama.

Begitu piring dan mangkuk kosong bertumpuk di tengah, empat laki-laki itu diam di duduknya sambil sibuk dengan kegiatan masing-masing. Krama masih berusaha menyedot sisa-sisa es jeruk di dasar gelas, Sam memperhatikan hiruk pikuk kantin, Gibran dan Abra membicarakan sepatu sport incaran mereka berdua.

"Lo ngerasa nggak sih, cepet banget bentar lagi udah UTS? Bisa nggak ya gue masuk kuota undangan," Sam tiba-tiba menceletuk.

Krama menghela napas, antara kekenyangan dan merespons gumaman Sam. "Kalo gue sih nggak ada hak buat ngarep yak. Tau diri aja."

"Gue juga nggak mau ngarep, ah," ucap Gibran. "Nih yang aman di antara kita cuma Abra doang."

"Lo masuk sih, Sam. Ranking lo di kelas kan mayan tuh." Krama meninju lengan Sam pelan.

where our hearts meetजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें