Hana melirik ke jam tangannya, menunjukkan pukul enam pagi. Dia harus buru-buru ke halte bus karena hari ini Hana ada kuliah pagi jam delapan. Butuh waktu satu jam lebih bagi Hana untuk sampai di kampusnya.
Hana berjalan cepat menuju warung ibunya.
"Bu, mana gorengannya yang mau dititipkan di kantin kampus Hana?" tanya Hana.
Rita menatap Hana dengan wajah kaget.
"Emang boleh Han? Sudah dapat izin?"
Hana mengangguk semangat sembari tersenyum.
"Alhamdulillah boleh Bu. Kemarin Hana minta izin ke Bu Dena salah satu yang punya kios di kantin kampus Hana dan Bu Dena izinin dengan senang hati," cerita Hana.
"Alhamdulillah. Ibu senang dengarnya. Kalau gitu Ibu siapin dulu."
"Hana bantuin Bu."
Setelah memasukan semua gorengan buatan Ibunya ke kotak, Hana segera menaruhnya ke paper bag dan membawanya. Lalu, Hana menyalami Rita.
"Hana berangkat ya Bu."
"Hati-hati ya Han."
"Iya Bu."
Hana pun segera berangkat, tak ingin telat mengikuti kuliah di minggu ketiganya. Sejak SMP, Hana memang sudah membantu ibunya jualan. Saat Hana duduk di SMA Arwana pun, Hana selalu menitipkan jualan gorengan ibunya di kantin. Bahkan, Hana sering menawarkan ke teman-teman kelasnya atau siswa-siswi yang ada kelas tambahan ataupun mengikuti ekstrakulikuler.
Dan, Hana tak pernah malu melakukan pekerjaan itu. Hana juga bersyukur teman-temannya banyak membantunya dan mendukungnya dengan membeli jualan gorengan Ibunya. Bayangan Hana di bully seperti acara sinetron karena jualan gorengan atau karena dari anak kurang mampu sama sekali tidak dialimi oleh Hana. Hana sekali lagi bersyukur karena itu.
****
Hana lega tidak telat sampai di kelasnya, setelah menitipkan jualan gorengan ibunya di kios Bu Dena, Hana bergegas ke kelasnya yang cukup ramai.
"Han, lo udah dapat kelompok belum untuk tugas Pak Tian?" tanya Asan, salah satu teman kelas Hana.
Hana menoleh ke samping, sedikit kaget. Tak menyadari kedatangan Asan yang entah sejak kapan duduk di bangku sebelahnya.
"Udah sama Jian," jawab Hana.
"Berdua doang? Kalau gue ikut gabung boleh nggak?" pinta Asan memelas.
Hana mengangguk setuju.
"Boleh."
Asan bersorak senang sembari berdiri.
"Makasih Han."
Hana membalas dengan senyuman. Hana kembali berkutik dengan aktivitasnya, memeriksa catatannya minggu lalu. Hana bukan gadis yang rajin, namun Hana sangat suka dengan belajar atau pun membaca.
Hana juga bersyukur selama duduk di bangku kuliah, Hana bertemu dengan teman-teman kelas yang baik. Seperti Jian dan Asan contohnya.
"Ngapain si Asan duduk di sebelah lo?"
Hana kembali menoleh, mendapati kedatangan Jian dengan wajah penasaran.
"Dia mau gabung ke kelompok kita. Nggak apa-apa, kan?"
Jian duduk sembari mengernyitkan kening.
"Memang kita ada tugas kelompok?"
"Ada, mata kuliah pak Tian."
"Oh itu. Oke." Jian menyetujui tanpa ragu.
Hana mengeluarkan kotak bekalnya dan menyerahkannya ke Jian. Setiap hari Jian memang memesan catering ke Mama Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.