31 - SEANDAINYA

3.9K 697 87
                                    


Hana sengaja berangkat ke kampus lebih pagi, Hana takut jika Juna akan tiba-tiba datang ke rumahnya dan menjemputnya.

Hana duduk di taman belakang kampus sembari memakan donat yang dibuatkan oleh Ibunya sebagai sarapan. Beberapa hari ini Hana sedang malas makan nasi.

Hana mengunyak donatnya dengan tatapan hampa, seperti perasaannya saat ini.

"Hana."

Hana tersontak kaget, ia langsung menoleh dan menemukan Juna berjalan mendekatinya. Hana mengerjap bingung, bagaimana bisa cowok itu menemukannya? Apakah Juna juga sengaja berangkat pagi seperti dirinya.

Hana mengumpulkan semua kesadarannya dan buru-buru berdiri.

"Jangan pergi, sebentar aja," cegah Juna sebelum Hana mendahuluinya untuk pamit.

Hana bisa melihat tatapan memohon dari seorang Juna, membuat Hana sedikit tidak tega.

"Kak Juna ngapain ke kampus sepagi ini?" tanya Hana.

"Lo sendiri ngapain?" Bukannya menjawab, Juna malah bertanya balik.

"Gu... Gue malas berdesakan di bus makanya berangkat lebih pagi," jawab Hana tak sepenuhnya berbohong.

"Lo bisa minta jemput gue."

Hana menggeleng pelan.

"Nggak perlu, Kak. Makasih."

Juna menghela napas pelan, Hana menolak tawarannya lagi. Juna melangkah lebih dekat.

"Gue berangkat pagi buat nemuin lo. Tadi gue jemput lo dan Bu Rita bilang lo udah berangkat."

Kan, Apa Hana bilang! Juna pasti datang menjemputnya pagi ini. Sayangnya, Hana tetap tidak bisa bersembunyi. Juna menemukannya dengan cukup mudah.

Hana tertunduk.

"Maaf, Kak."

Terjadi keheningan beberapa saat, Hana sama sekali tak mau menatap Juna sedangkan Juna sedari tadi memandang Hana dengan lekat dan dipenuhi banyak pertanyaan.

"Lo jauhi gue Han?" Juna tak pernah suka basa-basi. Juna merasa butuh jawaban dari Hana.

Hana terdiam, tubuhnya seketika membeku mendengar serangan dadakan dari Juna.

"E.... Enggak, Kak," jawab Hana gugup.

"Gue ngerasa lo jauhi gue beberapa hari ini."

Hana memberanikan diri untuk menatap Juna dan mengembangkan senyumnya.

"Perasaan Kak Juna aja."

Juna ingin sekali percaya, namun tidak ada kesungguhan dari kedua mata Hana saat ini. Juna kembali melangkah lebih dekat tak membiarkan Hana menjauh bahkan kabur.

"Gue buat salah sama lo?"

Hana mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, menahan semua pertahanan dirinya agar tidak runtuh. Hana bingung harus menjawab apa.

"Lo bisa bilang Han kalau gue ada buat salah. Gue akan minta maaf."

Hana memilih menutup rapat bibirnya, ia terlalu takut jika salah menjawab. Dan, diamnya Hana cukup sebagai jawaban bagi Juna.

Juna memaksakan senyumnya.

"Gue nggak akan maksa kalau lo belum mau jawab ataupun jelasin."

HI AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang