Hana merasakan sejuknya udara puncak bogor menerpa wajah dan tubuhnya, Hana memejamkan kedua matanya dan perlahan merentangkan kedua tangannya untuk lebih menikmati keindahan alam yang ada di sekitarnya.
Hana sangat senang camping yang direncanakan Juna berjalan sesuai rencana. Hana, Juna, Jian dan Afan berangkat pagi-pagi menuju ke puncak agar tidak terkena macet. Mereka semua terlihat bersemangat sejak tadi bahkan hingga kini.
Sesampainya di tempat camping, mereka langsung mendirikan tenda dan menyiapkan berbagai perlengkapan untuk makan malam mereka.
"Dingin nggak?"
Hana tersentak, sedikit kaget tiba-tiba sebuah jaket tersampir di tubuhnya dari belakang. Hana membalikan tubuhnya, tersenyum melihat Juna yang sudah berdiri di balik tubuhnya.
"Nggak Kak. Udaranya seger banget. Gue suka," jawab Hana penuh semangat.
Juna terkekeh pelan, ikut senang melihat senyum Hana seceria ini. Sejak seminggu ini, Juna sudah menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Hana. Bahkan Juna juga sudah membeli kado spesial untuk sang pacar. Persiapan tersebut tidak Juna lakukan sendiri, Juna dibantu oleh Afan dan Jian.
"Gimana rasanya camping pertama bareng pacar pertama?" goda Juna sengaja.
Hana berdeham pelan, menahan kedua pipinya yang langsung merona.
"Rasanya nggak bisa dijabarin dengan kata-kata."
"Terus bisa dijabarinnya dengan apa?"
Hana menggeleng-menggeleng cepat sembari memejamkan matanya. Ia merasa semakin malu dan salah tingkah karena terus-terusan digoda oleh Juna.
Juna yang tak tahan dengan tingkah gemas sang pacar langsung menarik tubuh Hana dan memeluknya erat.
"Seperti ini?" bisik Juna dalam pelukannya.
Untuk beberapa detik Hana masih merasa kaget dan bingung harus berbuat apa. Namun Hana berusaha untuk membiasakan dirinya dan perlahan memberanikan diri membalas pelukan Juna.
Hana tak segan menyandarkan kepalanya di dada bidang Juna. Hana mengangguk pelan dan pelukan yang hangat itu.
"Iya, rasanya seperti ini."
*****
Malam harinya Hana, Juna, Afan dan Jian membuat api unggun kecil-kecilan sembari membakar jagung dan ubi-ubian yang mereka bawa dari Jakarta. Mereka berempat duduk menghadap ke api unggun, menghangatkan tubuh mereka.
"Pelan-pelan makannya Han," ucap Juna sembari membersihkan sudut bibir Hana yang belepotan karena bekas jagung bakar.
Hana mengangguk-angguk tanpa menjawab, ia masih asik menghabiskan jagung bakar di tangannya.
"Mohon maaf kita juga bayar buat tinggal di bumi. Nggak cuma lo berdua aja penghuni di sini," cibir Afan mulai kewalahan melihat keromantisan Juna dan Hana yang tak ada habisnya.
"Dilarang iri!" seru Juna tak mau kalah.
"Biarin Kak. Ngomong sama orang yang lagi kasmaran nggak akan ada gunanya," sahut Jian menyuruh Afan mengalah.
"Susah emang punya teman bucinnya sudah akut!"
Juna hanya tertawa mendengar ocehan Afan dan Jian. Mereka semua menghabiskan waktu yang menyenangkan malam ini.
YOU ARE READING
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.