Hana akhirnya keluar dari rumah sakit setelah infusenya dilepas dan mendapatkan obat. Hana masuk ke dalam mobil Juna, tubuhnya masih terasa sedikit lemas apalagi punggung tangan kanannya terasa kaku karena bekas jarum infuse.
"Are you okay, Han?" tanya Juna memastikan.
Hana mengangguk dan tersenyum kecil.
"Aman, Kak," jawab Hana sembari memasang sabuk pengamannya.
"Kita berangkat ya."
Setelah memastikan kondisi Hana baik-baik saja, Juna segera menjalankan mobilnya. Juna membawa Hana untuk kembali ke Jakarta lebih tepatnya pulang ke rumah. Juna sendiri sudah mendiskusikannya dengan Afan, sang ketua dan mendapatkan persetujuan dari Afan.
Selama perjalanan, tidak banyak yang mereka bicarakan. Juna memang sengaja agar Hana bisa istirahat kembali di mobil.
Benar saja, baru lima menit masuk tol, Hana sudah terlelap. Mungkin efek obat yang diminum Hana sebelum keluar rumah sakit tadi.
Juna beberapa kali melirik ke samping untuk memeriksa Hana.
*****
Juna berhenti di rest-area untuk istirahat sebentar. Juna merasakan tangan dan kakinya sedikit pegal setelah menyetir satu jam lebih.
Juna memarkirkan mobilnya di depan minimarket. Juna menoleh ke samping, mendapati Hana masih terlelap, tanpa sadar bibir Juna mengembang kecil, melihat wajah Hana yang terlelap seperti anak kecil.
"Dia tidur apa pingsan lagi," heran Juna.
Juna melepaskan jaketnya, kemudian menaruhnya di tubuh Hana agar gadis itu tidak kedinginan. Setelah itu, Juna pelan-pelan keluar dari mobil tak ingin membangunkan Hana.
****
Juna kembali masuk ke dalam mobil dengan membawa beberapa makanan dan minuman. Kemudian, Juna mencoba membangunkan Hana.
"Han," panggil Juna lirih.
Tak ada sahutan, Hana masih tertidur.
"Hanara." Juna mencoba kedua kali dan berhasil.
Perlahan Hana membuka kedua matanya yang terlihat berat, Hana mengumpulkan kesadarannya sebentar.
"Kita sudah sampai, Kak?" tanya Hana dengan suara serak.
Juna menggeleng.
"Kita masih di rest-area. Kita makan dulu," jawab Juna.
Hana mengangguk kecil, ia mendudukan tubuhnya. Hana tertegun saat melihat jaket Juna ada di tubuhnya.
Hana merasakan kedua pipinya mendadak panas, Hana mencoba menyembunyikan salah tingkahnya.
" Gue beli bubur dan donat. Lo mau makan apa?" tanya Juna menunjukkan paper bag yang ada di tangannya.
Hana menatap Juna sejenak.
"Kak Juna kapan belinya?"
"Barusan gue keluar."
"Kok gue nggak tau?"
"Lo tidur lelap banget Han. Gue sampai ngira lo pingsan lagi."
Hana tertawa kaku, merasa malu mendengar ucapan Juna.
"Gue donat aja, Kak. Tadi di rumah sakit udah makan bubur."
Juna mengangguk dan menyodorkan satu donat ke Hana.
"Sudah gue duga lo pasti pilih donat," ucap Juna mulai hapal makanan kesukaan Hana.
Hana tersenyum lebar dan segera memakan donatnya. Begitu pula dengan Juna memakan bubur yang dibelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.