12 - TAMU TAK TERDUGA

3.9K 743 84
                                    


Rita berlarian kecil masuk ke dalam rumah menuju ke kamar putrinya. Rita mengetuk pintu kamar Hana dengan tak sabar.

"Hana, keluar sebentar."

Tak ada jawaban dari Hana membuat Rita mengetuk lebih keras.

"Hana ada teman kamu di warung ibuk!"

Pintu kamar Hana akhirnya terbuka, Hana menatap ibunya dengan wajah setengah mengantuk.

"Ada apa Bu?" tanya Hana dengan suara serak.

Rita tersenyum lebar, dipenuhi semangat.

"Ada teman kamu di warung," ucap Rita kesekian kalinya memberitahu.

Hana mengerutkan kening, bingung. Setau Hana temannya yang mengetahui rumah dan warungnya hanyalah Jian. Dan, jika Jian yang datang tidak mungkin Ibunya bersemangat seperti ini seolah baru pertama kali bertemu dengan temannya.

"Teman Hana siapa Bu?"

Rita menunjuk ke arah luar pintu.

"Kamu lihat sendiri, temui sekarang."

"Siapa dulu Ibu?"

"Kamu samperin sendiri, biar tahu. Ibu mau ambil es dan bahan-bahan pecel ayam dulu. Ibu janji mau buatin teman kamu itu pecel ayam."

Setelah itu, Rita meninggalkan Hana begitu saja. Sedangkan Hana masih dia di tempat dengan kepala yang terasa bertambah berat.

Padahal nyawanya masih belum lengkap tapi sang Ibu sudah menyuruhnya menebak-nebak.

"Teman gue siapa?"

*****

Hana berjalan keluar rumah menuju ke warung sebelah dengan pakaian tidur bahkan Hana tidak cuci muka dahulu. Hana hanya menguncir rambutnya biar tidak berantakan.

Hana masuk ke dalam warung tanpa pikir panjang. Dan, langkah Hana langsung terhenti, seketika tubuhnya membeku saat kedua matanya bertatapan dengan seorang cowok yang tengah duduk tenang di salah satu kursi yang ada di warung Ibu-nya.

Hana berusaha berpikir cepat apa yang harus dilakukannya saat ini, namun kepalanya tiba-tiba tidak bisa diajak bekerja sama, membuat Hana terus diam seperti patung selama beberapa menit.

"Hai," sapa Juna memecah keheningan diantara mereka.

Hana meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Ha... Hai, Kak."

Hana memutar tubuhnya, berencana untuk pergi dari hadapan Juna.

"Mau kabur lagi?"

Sial! Langkah Hana kembali terhenti, niat busuknya terurungkan saat itu juga. Dengan gerakan canggung, Hana mau tak mau kembali membalikan tubuhnya, menghadap ke Juna.

Hana menggeleng kaku.

"E... Enggak Kak."

"Duduk," suruh Juna.

Hana mengerutkan kening, kenapa jadi dia yang diminta duduk berasa yang punya rumah adalah Juna padahal pemilik warung dan rumah ini adalah Hana. Sudah tahu situasi saat ini terasa aneh, Hana dengan bodohnya mengangguk saja, menurut.

"Iya, Kak. Makasih."

Makasih? Hana langsung mengumpati dirinya diam-diam. Bisa-bisanya dia mengucapkan kata itu, padahal hal yang wajar jika dia duduk di rumahnya sendiri, bukan?

HI AWANМесто, где живут истории. Откройте их для себя