Hana menghela napas lega, akhirnya tugas yang dikerjakannya selesai juga. Hana menoleh ke samping, ia melihat Desi sudah tertidur sembari memeluk botol alkohol yang kosong. Gadis itu menghabiskan semua minuman keras tersebut.
Hana geleng-geleng, masih tak percaya dengan yang dialaminya. Hana pun bergegas membereskan barang-barangnya. Kemudian, Hana memilih segera keluar dari rumah Desi tanpa berniat membangunkan gadis itu atau pamit secara langsung. Hana akan mengirimkan pesan kepada Desi saat sudah sampai rumah saja.
Langkah Hana terhenti saat keluar dari gerbang rumah Desi, hujan tiba-tiba turun cukup deras, membuat Hana mau tak mau memundurkan sedikit tubuhnya agar tidak terkena air hujan.
Hana lagi-lagi menghela napas panjang.
"Hujan berhenti bentar ya. Gue pengin pulang," lirih Hana memelas.
Hana mengeluarkan ponselnya, ingin memesan ojek online untuk menuju statius atau halte terdekat. Namun, Hana baru menyadari ponselnya mati.
"Pakek batrai habis segala lagi!" decak Hana merasa kurang beruntung hari ini.
Hana pun akhirnya memilih untuk menunggu sebentar, berharap hujannya akan sedikit redah.
Hana menundukan kepalanya, tubuhnya mulai terasa sangat lelah. Hana benar-benar ingin segera sampai rumah dan membaringkan tubuhnya.
"Kapan hujannya berhenti."
Hana terus saja menunduk, tak menyadari sebuah mobil BMW hitam berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Seseorang keluar dari mobil tersebut dengan raut khawatir sembari membawa payung.
"Hana."
Hana tersentak, ia langsung mendongakkan kepalanya. Hana mengerjap-kerjapkan matanya, antara kaget sekaligus bingung mendapati sosok yang tak pernah ia sangka akan ada di depannya saat ini. Ya, siapa lagi jika bukan Juna.
"Ka... Kak Juna ngapain di sini?" tanya Hana masih tak percaya.
"Jemput lo," jawab Juna sembari mendekatkan payugnya ke Hana agar gadis itu tidak kehujanan.
"Jemput gue?" ulang Hana memastikan.
"Iya."
"Kak Juna tau dari mana gue di sini?"
"Postingan instastory Desi. Lo nggak apa-apa?" tanya Juna khawatir.
Hana menggeleng.
"Gue nggak apa-apa, Kak."
Juna melihat Hana sedari tadi memeluk tubuhnya sendiri dengan dua tangannya, menandakan jika gadis itu kedinginan.
"Ayo gue antar pulang," ajak Juna.
Hana diam sejenak, tak langsung menjawab. Jujur, Hana memang sangat ingin pulang sekarang, namun Hana harus mempertimbangkan dua kali jika pulang bersama Juna.
"Han, kali ini aja jangan nolak. Sekarang udah malam dan hujan deras. Jarak halte atau stasiun dari sini juga lumayan jauh," lanjut Juna menjelaskan.
Hana merasa tak ada pilihan lain dan dia juga sudah tak kuat berdiri lama-lama di depan rumah Desi. Akhirnya Hana mengangguk pasrah, menyetujui tawaran Juna.
"Iya, Kak."
Juna tersenyum senang mendengar jawaban Juna.
"Kita masuk mobil."
YOU ARE READING
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.