2. Bertemu Lagi

15.7K 1.6K 574
                                    

Jadi bab 1, 2, 3, 4 dan 5 nanti, isinya flashback waktu mereka baru kenal yaaa. Nanti di bab 6, baru deh ke waktu yang sekarang.

Aku update lagi kalo vote dan komennya udah 500 yaawww💗💗

***

2. Bertemu Lagi

"Kamu harus tetap tumbuh menjadi manusia baik sekalipun telah diperlakukan tidak baik oleh manusia lain."

***

"Sshhh... sakit banget anjir."

Mendengar suara rintihan orang kesakitan, langkah kecil Caca terhenti. Tadinya keluar rumah hanya ingin mengambil anak ayam yang kabur ke gerbang depan--anak ayam yang baru dibelinya tadi pagi sebagai pengganti anak ayam yang kemarin mati tertabrak. Namun, kini ia justru dibuat penasaran oleh suara rintihan yang semakin lama terdengar semakin jelas.

Tak mau kesalahan kemarin kembali terulang—anak ayam kesayangannya kabur hingga berujung meninggal tertabrak mobil karena ulah penghuni rumah sebelah--Caca masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Memasukkan anak ayam itu ke kandang kecil yang berada di halaman samping. Sebelum mencari tahu lebih lanjut dari mana suara rintihan tadi berasal.

Terlahir sebagai cewek dengan rasa penasaran tingkat tinggi, membuat Caca selalu ingin menuntaskan segala rasa penasaran hingga benar-benar tuntas. Kalau tidak begitu, ia akan terus kepikiran. Sekalipun itu adalah hal yang menurut orang lain tidak penting.

Dengan tinggi badan yang terbilang cukup tinggi untuk anak remaja awal seusianya, Caca hanya perlu sedikit berjinjit untuk mengintip keadaan luar dari atas pagar. Sepi. Tidak ada siapa pun di depan pagar rumahnya. Ditambah cuaca sore ini juga tidak bersahabat. Sepertinya hujan deras akan segera turun. Membuat orang betah berada di dalam rumah. Hingga kawasan komplek rumahnya kini terasa sangat sunyi. Padahal sekarang baru pukul setengah lima sore.

Tiga detik setelah kepala Caca menoleh ke samping--ke arah rumah sebelah--matanya membulat sempurna mendapati seorang cowok dengan seragam sekolah putih abu-abu acak-acakan tengah duduk di rerumputan. Cowok itu menunduk sambil memegangi wajah. Yang membuat Caca lebih kaget lagi, seluruh wajah cowok yang kemarin terlihat begitu tengil, kini terlihat membiru dipenuhi dengan luka lebam. Luka yang lebih parah dari luka yang kemarin ia lihat.

Sepertinya cowok menyebalkan itu memang hobi berkelahi. Atau, jangan-jangan ia... habis dikeroyok?

Entahlah. Caca mengedikkan bahu tidak peduli. Ia tidak mau memusingkan hal tersebut. Buat apa juga? Toh tetangganya itu sangat menyebalkan, bukan? Tidak tahu cara menghargai peliharaan kesayangan orang lain. Hingga dengan sengaja dan tanpa perasaan membuat anak ayamnya mati mengenaskan. Jadi, untuk apa ia peduli? Sekalipun telinganya terus mendengar suara rintihan kesakitan dari cowok itu. Ia harus tetap mengabaikan!

Pandangan Caca beralih ke atas. Mendongak menatap gumpalan awan hitam yang terlihat semakin pekat. Ia harus cepat-cepat masuk sebelum hujan deras mengguyur. Begitu pikirnya.

Sayangnya tepat di detik itu, pergerakan Caca justru terhenti. Tiba-tiba ia menyadari cowok dengan wajah babak belur itu juga menoleh ke arahnya. Membuat tatapan mereka saling bertemu untuk beberapa detik sebelum Caca memutuskan secara sepihak.

Ketahuan deh!

Ya, cowok itu menyadari kehadiran Caca. Entah sejak kapan.

"Heh bocah! Apa lo lihat-lihat gue?!" tegurnya. "Mau ngetawain gue lo?"

Belum sempat Caca menjawab, hujan turun begitu saja. Tidak terlalu deras. Hanya gerimis kecil, tetapi cukup membuat atensi cowok yang kemarin ia ingat bernama lengkap 'Ilham Gumilar' itu beralih. Sontak Ilham terlihat berdiri dari duduknya seperti tengah kebingungan mencari tempat berteduh.

FAVORABLEWhere stories live. Discover now