5. Sebuah Penerimaan

10.2K 1.2K 434
                                    

Di bab sebelum-sebelumnya ada beberapa yang aku ubah, jadi lebih baik kalau mau baca ulang biar nggak bingung

Ini part terakhir flashback yaa, bab 6 nanti kembali ke masa sekarang. Caca SMA kelas 3 dan Ilham kuliah semester 6.

Ramein yaaa, aku mau rajin update. Seenggaknya dalam satu minggu ada bab baru di Favorable yang bisa kalian bacaa

Aku update lagi kalo vote dan komennya udah 500 yaawww💗💗

***

5. Sebuah Penerimaan

"Nggak apa-apa untuk hidup dalam keluarga yang lo rasa nggak sempurna. Karena di dunia ini memang nggak ada sesuatu yang sempurna."

***

Selamat bertambah umur. Semoga banyak kebahagiaan yang bisa lo dapetin di hari-hari berikutnya. Nggak apa-apa untuk hidup dalam keluarga yang lo rasa nggak sempurna. Karena di dunia ini memang nggak ada sesuatu yang sempurna.

Sudut bibir Caca tertarik ke atas. Ia tersenyum kecil saat membaca notes di kotak P3K yang tergeletak bersama payung berwarna kuning di balkon kamarnya.

Kepala Caca celingukan. Mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Mengamati suasana sekitar balkon yang tampak sepi untuk mencari keberadaan seseorang. Sayangnya Caca tidak berhasil menemukan siapa pun. Sepertinya Ilham memang sengaja mengembalikan kotak P3K dan payung yang ia pinjamkan beberapa waktu lalu secara diam-diam.

"Mukanya tengil banget, tapi ternyata bisa nulis kalimat manis kayak gini."

Caca tertawa geli. Menurutnya, perlakuan Ilham kali ini terlihat cukup manis untuk ukuran cowok tengil dan bandel seperti dia. Sungguh, Caca tidak menyangka Ilham bisa menulis kalimat seperti itu.

Caca memutuskan membawa masuk dua barang tersebut ke dalam kamar. Meletakkannya di atas tempat tidur sebelum melepas notes yang tertempel di kotak P3K untuk ia bawa kembali ke balkon. Beserta cokelat Chacha yang kemarin Ilham belikan di minimarket.

Caca mendudukkan diri di kursi balkon dengan mata sibuk memerhatikan tulisan tangan Ilham di notes yang tampak begitu rapi. Sangat berbanding terbalik dengan penampilan luar cowok tersebut yang selalu berantakan.

Rambut acak-acakan. Seragam sekolah selalu dikeluarkan. Dasi yang tidak pernah terpasang dengan benar. Juga kancing baju yang tidak terkancing hingga atas. Benar-benar mendefinisikan siswa bandel incaran guru BK.

Tertawa kecil, Caca menggeleng heran. "Lucu."

Detik berikutnya Caca merasa bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Ia merinding saat samar-samar mendengar suara desisan pelan yang entah berasal dari mana.

"Kok jadi merinding, ya?" monolog Caca sembari memegang belakang lehernya yang terasa dingin.

"Ssstt!"

Caca menoleh ke kanan. Tidak ada siapa pun di sana.

"Ssstt!!"

Deg!

Jantung Caca berdebar cepat. Ia berhenti bernapas untuk beberapa detik. Semakin lama, suara itu terdengar semakin jelas. Di satu sisi Caca merasa takut. Namun, di sisi lain rasa penasarannya jauh lebih mendominasi. Itu suara ular? Atau... suara hantu?

"Ssstt!!"

Tanpa berpikir panjang, Caca berniat kembali masuk ke dalam kamar. Namun, sebelum benar-benar beranjak dari tempat duduk, ia justru dikagetkan dengan sebuah teriakan.

"BOCAH SETAN!"

Kepala Caca tertoleh ke kiri. Matanya langsung bersitatap dengan mata elang seorang cowok. Namun, akhirnya detik itu juga Caca bisa menghela napas lega. Ilham. Ya, cowok yang baru saja ia pikirkan itu ternyata sudah berdiri di balkon kamar sebelah dengan ekspresi menahan... rasa kesal?

FAVORABLEWhere stories live. Discover now