16. Ribut

7.9K 898 433
                                    

Haloo maaf ya karena lama nggak bisa update dan baru update sekarang

Doain aja semoga aku bisa rajin lagiii💗💗

***

16. Ribut

***

"Liat deh, dari tadi Jarrel lihatin lo mulu. Kalian masih berantem?"

Pertanyaan dari Kala membuat Caca ikut mengalihkan pandangan ke pojok kantin. Di sana ada Jarrel dan teman-temannya yang sejak tadi memusatkan perhatian ke meja mereka.

Caca menggeleng malas. "Nggak berantem, tapi putus."

"Oh."

Mendengar itu, Kala tidak lagi terkejut. Selama ini memang seperti itu hubungan Caca dengan Jarrel. Putus nyambung tidak jelas. Sehari putus besoknya bisa balikan lagi. Berputar-putar seperti itu terus sampai Kala hafal dan capek sendiri melihatnya. Tapi mau bagaimana lagi? Sebagai teman, Kala hanya bisa mengingatkan satu dua kali, selanjutnya Kala tidak bisa ikut campur terlalu jauh. Biar Caca sendiri yang merasakan akibatnya dan berhenti saat sudah merasa cukup. Seperti kata orang-orang, manusia yang sedang jatuh cinta itu keras kepala. Tidak bisa berhenti melakukan hal bodoh jika bukan keinginannya sendiri.

"Kok lo biasa aja sih, Kal?" Caca melemparkan tatapan heran pada Kala.

Kala tertawa pelan. Satu alisnya terangkat. "Terus gue harus gimana? Harus pura-pura kaget gitu? Besok juga balikan lagi. Gue udah hafal."

Caca merengut sebal. Kali ini dugaan Kala salah besar. Pasalnya ia sudah bertekad tidak akan balikan lagi dengan Jarrel. Tidak akan!

"Enggak, Kal! Kali ini serius gue sama Jarrel beneran putus dan gue nggak mau balikan lagi!"

"Halah, nanti kalau lo lihat Jarrel dideketin sama cewek lain, lo juga bakal kepanasan dan berujung mau kalau diajak balikan," timpal Kala. Ia sama sekali tidak percaya dengan pernyataan Caca barusan. Karena faktanya Caca memang selalu mengingkari janjinya sendiri jika perihal Jarrel.

"Enggak, Kal, gue—" Caca tidak bisa melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba Kala menyumpal mulutnya dengan dimsum.

"Udah, mending lo makan daripada ngomong mulu!" kekeh Kala melihat kedua pipi Caca mengembung karena ulahnya. "Lo cantik kalau diem, Ca. Lebih cantik lagi kalau mau tobat dan nggak usah berhubungan sama cowok kayak Jarrel."

"Ca, ada yang nyariin tuh di kelas."

Caca menelan dimsumnya perlahan saat melihat salah satu teman kelas menghampiri meja mereka untuk membawa kabar. Bertepatan dengan itu makanan yang Caca pesan juga datang.

"Siapa? Cewek atau cowok?" tanya Caca setelah mengucapkan terima kasih kepada Ibu kantin yang mengantar makanannya.

Cewek di hadapan Caca dan Kala terlihat sedikit kebingungan. "Cowok. Gue nggak sempet nanya atau baca nama di bajunya. Kayaknya sih adek kelas."

"Adek kelas? Kelas sebelas atau sepuluh?"

"Sebelas, Ca."

Caca menepuk jidat. Sekarang ia sudah bisa menebak siapa yang datang mencarinya kali ini. "Aduh! Tuh anak beneran nekad ternyata."

"Siapa sih yang nyariin lo?" tanya Kala pada Caca setelah kepergian teman kelas mereka.

"Aldey. Padahal gue udah bilang ke dia kalau kita backstreet dan jangan pernah nyari gue kalau di sekolah." Caca berdecak sebal. Cowok yang menembaknya satu bulan lalu dan ia terima karena iseng, ternyata mempunyai nyali yang cukup besar juga. "Ck! Tapi sekarang malah nyariin gue ke kelas!"

FAVORABLEWhere stories live. Discover now