4. Bersyukur

10.6K 1.2K 1.2K
                                    

Ramein yaaa, aku mau rajin update. Seenggaknya dalam satu minggu ada bab baru di Favorable yang bisa kalian bacaa

Aku update lagi kalo vote dan komennya udah 500 yaawww💗💗

***

4. Bersyukur

"Nggak ada alasan buat nggak bersyukur, sekecil apa pun hal baik yang kita miliki saat ini."

***

Hari-hari berikutnya, Caca dan Ilham lebih sering berinteraksi melalui balkon kamar. Tentu Ilham masih mengira Helena sebagai nama Caca.

"Halo, Helena."

Saat Caca duduk di balkon sembari mengerjakan PR, tiba-tiba Ilham keluar dan menyapanya menggunakan nama itu. Nama yang sebenarnya adalah nama milik mama Caca.

Caca menahan tawa. Ia tidak bisa membayangkan kalau suatu hari nanti Ilham memanggilnya seperti itu ketika di hadapan Helena langsung. Mungkin Ilham akan mendapat omelan dari Helena? Atau, lebih parahnya lagi mendapat amukan dari sang ayah? Entahlah. Kalau hal itu sampai terjadi, Caca akan menjadi orang pertama yang tertawa paling kencang.

Sebelum mengangkat kepala, Caca menetralkan ekspresi wajahnya terlebih dahulu. Berusaha sebisa mungkin agar Ilham tidak curiga.

"Apa?!" jawab Caca galak. Matanya melotot ke arah Ilham yang tengah cengar-cengir tidak jelas di ujung sana.

"Lo masih kelas satu SMP, ya? Sama dong kayak adek gue. Tapi dia cowok sih."

"Aku nggak nanya."

"Songong amat lo bocah setan."

Ilham langsung salah fokus ketika matanya tidak sengaja melihat anak ayam dalam kandang kecil yang berada di samping Caca. "Lo kenapa suka miara anak ayam sih? Apa kamar lo nggak bau tai ayam?"

"Lebih bau mulut kamu. Jadi mending kamu diem aja jangan banyak nanya."

Seketika bibir Ilham terkatup rapat. Ia kalah telak dengan jawaban yang Caca lontarkan barusan. Meski... itu tidak benar!

Sialan!

Ilham berdecak kasar. "Songong amat lo jadi bocah. Pantes dibully sama temen lo."

Mendengar itu, Caca tidak peduli. Ia memilih kembali fokus dengan soal-soal rumit di hadapannya daripada terus meladeni ocehan tidak penting Ilham--meski sebenarnya Caca tidak bisa fokus lagi semenjak kehadiran Ilham.

"Songong beneran ternyata, diajak ngomong pura-pura nggak denger."

"Terserah aku dong. Mau songong, kek. Mau apa kek. Nggak ada urusannya sama kamu."

Ilham menggaruk perutnya yang tidak gatal. "Iya juga sih."

Hening.

Selama beberapa menit, Ilham hanya diam. Menyandarkan bahu kananya di tembok samping sambil melipat tangan di depan dada. Tatapannya lurus ke depan. Tidak teralihkan sedikit pun dari Caca. Ia sibuk memerhatikan gerak-gerik cewek itu. Ya, meski sejak tadi Caca tidak bergerak sama sekali. Hanya menunduk sambil menghela napas kasar sesekali.

Selain hobi bolos sekolah, sepertinya sekarang Ilham mempunyai hobi baru. Ya, mengganggu Caca setiap malam melalui balkon kamar adalah hobi baru Ilham. Karena setiap malam, Caca memang rajin duduk di balkon dengan berbagai kegiatannya. Seperti sekarang misalnya.

"By the way, kenapa rumah lo kelihatan sepi banget? Emang bokap nyokap lo kemana?"

"Ada," jawab Caca seadanya tanpa berniat mengangkat pandangan.

FAVORABLEWhere stories live. Discover now