14. Bocah Setan

8.2K 1K 448
                                    

Aku berusaha buat sat set biar kalian nggak bosen bacanya, semoga sesuai ekspektasi kalian, yaa.

Aku update lagi kalo vote dan komennya udah 500 yaawww💗💗

***

14. Bocah Setan

***

Alibi menemani Kala mencari kado untuk sang mama sebenarnya hanya senjata yang Caca gunakan untuk menghindari Ilham karena orang tuanya hendak mengajak cowok itu makan malam di rumah. Sayangnya, kini senjata tersebut justru menjadi boomerang untuk Caca. Mungkin keadaan Caca sekarang cocok disebut sebagai senjata makan tuan.

Alih-alih orang tuanya batal mengajak Ilham makan malam dan Caca tidak perlu bertemu dengan cowok yang sengaja ia hindari, kini Ilham justru berakhir menemaninya dan Kala ke mall untuk mencari kado bohongan.

"Oh ini yang namanya Kala, temen lo yang suka typo kalau chat. Kail jadi Jali," celetuk Ilham begitu mobilnya berhenti di depan rumah Kala dan cewek berambut cokelat sebahu dengan dua kotak dimsum di tangannya melenggang masuk ke dalam mobil. Duduk di jok belakang.

Mendengar sindiran halus yang Ilham lontarkan, Kala berusaha nyengir meski di dalam mulutnya penuh dimsum. Ia sedikit merasa bersalah karena tempo hari saat ingin mengetik Kail ia justru salah ketik menjadi Jali. Salahkan saja jarinya yang memang hobi typo! Ingat, cewek tidak pernah salah, kan?

"Hehe... Halo Kak Ilham," jawab Kala sekaligus menyapa Ilham karena ini pertama kalinya mereka bertemu secara langsung. "Maaf ya, Kak, aku emang suka typo, soalnya kalau suka Caca itukan Kak Il--"

"KAL!" Caca menoleh ke belakang dengan mata melotot tidak terima. Bisa-bisanya Kala membeberkan apa yang ia bilang semalam saat mereka mengobrol di telfon.

Setelah melirik keduanya bergantian, Ilham mengedikkan bahu. Ia melajukan mobil seolah tidak mau peduli kenapa dua cewek yang berada dalam mobilnya tersebut saling adu pelototan mata seperti anak TK.

"Siapa yang bilang kalau gue suka Caca, Kal?" tanya Ilham tiba-tiba setelah terjadi keheningan beberapa saat di antara mereka.

Kala menghentikan kunyahan di mulut. Ia melirik pada Caca yang duduk di depannya sebentar. Benar saja, kini sahabatnya itu kembali melempar tatapan tajam ke arahnya. Seolah ingin membunuh hanya melalui tatapan mata.

"Mm... Caca, Kak. Semalem Caca bilang kalau Kak Ilham kayaknya suka sama Caca."

Kala menjawab dengan sedikit ragu-ragu. Urusan Caca, biarlah menjadi urusan nanti. Sekarang ia malas memikirkan jawaban bohong untuk menjawab pertanyaan Ilham.

"Emang Kak Ilham beneran suka Caca, ya?" tanya Kala. Ia jadi penasaran dan melupakan bagaimana Caca menatapnya sekarang.

Ilham melipat bibir ke dalam, kemudian menjawab dengan tenang. "Bisa jadi."

Uhuk!

Caca tersedak meski ia tidak sedang memakan atau meminum apa pun.

Sementara di belakang, mata Kala mengerjap. Sedikit tidak percaya dengan jawaban yang Ilham berikan barusan. Bisa jadi? Artinya besar kemungkinan, iya, kan?

"Bisa jadi? Berarti ada kemungkinan besar Kak Ilham suka sama Caca?!" Kala terlihat begitu antusias. Berbeda halnya dengan Caca yang kini tampak mengalihkan wajahnya ke jendela mobil di sebelahnya.

"Gue nggak perlu jawab dua kali," dengus Ilham malas. "Atas dasar apa Kal, Caca tiba-tiba ngomong ke lo kalau gue suka sama dia? Maksudnya kan gue belum ngomong secara langsung kalau gue suka sama dia atau enggak, tapi kok tiba-tiba dia bisa ngomong gitu ke lo?"

FAVORABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang