12. Tantangan

10K 972 795
                                    

Aku update lagi kalo vote dan komennya udah 500 yaawww💗💗

***

12. Tantangan

***

KLONTANG!!!

Setelah panci yang dipegang jatuh ke lantai, kedua mata Ilham melotot kaget. Bukannya langsung mengambil panci tersebut, ia justru buru-buru menutup kedua telinga menggunakan tangan. Bukan. Bukan kaget karena suara gaduh yang ia ciptakan. Melainkan kaget karena kedatangan wanita dengan dress biru tua selutut yang tiba-tiba memasuki area dapur.

Sebentar lagi. Sebentar lagi sang mama pasti akan berteriak kencang. Mamanya pasti akan marah-marah karena panci kesayangannya ia jatuhkan. Meski Ajeng jarang memasak karena tidak bisa, wanita 44 tahun itu sangat menjaga barang-barang di rumahnya. Termasuk alat masak di dapur.

Ilham menghitung dalam hati.

Satu.

Dua.

Ti...

"KAKAK!!!"

Nah, benar kan dugaannya. Setelah berteriak kencang, kini Ajeng berjalan ke arahnya dengan langkah tergesa-gesa. Hingga bunyi high heels berwarna kuning yang menapak di lantai terdengar begitu jelas.

Ajeng memungut panci yang Ilham jatuhkan. Membawa barang itu ke hadapan sang buah hati.

"Kamu tau nggak? Ini panci kesayangan Mama, Kakak! Panci ini umurnya lebih tua dari kamu. Mama beli waktu kamu masih di dalam perut Mama."

Mengomel, Ajeng menampilkan wajah dramatis sambil menutup mulut tidak percaya saat mengucapkannya. Detik berikutnya, Ajeng meletakkan panci berukuran sedang itu di atas meja dengan begitu hati-hati. Kedua tangannya berkacak pinggang dengan gelengan tidak habis pikir.

"Tapi bisa-bisanya sekarang malah kamu jatuhin dan nggak hati-hati pakainya." Ajeng membuang napas kasar. Ia gregetan melihat tingkah Ilham di hadapannya yang masih menutup kedua telinga. "Kamu tuh harus sopan sama barang yang lebih tua dari kamu, Kak!"

Ajeng menurunkan kedua tangan Ilham dari telinga. Matanya melotot galak. Memang wanita yang satu ini ekspresinya bisa berubah-ubah dengan cepat sesuai kebutuhan. Kalau kata El, Ajeng sangat cocok jadi pemain film karena jago berakting. Film horor. Jadi kuntilanak.

"Kalau dibilangin tuh dengerinnnn... jangan tutup telinga!"

Ilham menggaruk ketiaknya yang gatal. Lebih baik ia cepat-cepat meminta maaf sebelum urusannya jadi semakin panjang. Sudah tidak heran lagi, mamanya memang sangat dramatis. Kadang terlalu baik, tetapi kadang terlalu menyebalkan seperti ini. Mamanya juga mempunyai kebiasaan aneh yang menghafal umur barang-barang di rumah mereka.

"Iya, Ma, iya. Aku minta maaf karena nggak sengaja jatuhin panci. Tadi aku mau buat mie."

"Inget, Kak! Yang sopan! Jangan grasak-grusuk sama barang-barang di dapur ini!"

Ilham berdecak pelan. Ia tidak mengerti sopan yang diinginkan sang mama itu seperti apa. Masa dengan barang mati harus menerapkan sopan santun juga? Apalagi ini cuma panci loh. Cuma panci!

"Sopan gimana sih, Ma? Apa kalau mau buat mie aku harus izin dulu ke dia? Punten Kak Panci saya mau buat mie. Terus sambil bungkukin badan. Gitu, Ma?"

Ajeng mengipasi wajahnya. Rambut bergelombang sebahu ia kibaskan ke belakang. "Susah kalau ngomong sama anak jaman sekarang. Banyak omong nggak ada gebrakannya. Giliran dimarahin nanti buat konten di sosmed!"

Ajeng memperagakan dengan gaya nyinyir. "Apa cuma aku yang dicaci maki Mama cuma gara-gara jatuhin panci?"

Decakan pelan mengiringi ucapan Ajeng selanjutnya. "Dasar anak pick me!"

FAVORABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang