17. Kesepakatan

8K 903 512
                                    

Haloo maaf ya karena lama nggak bisa update dan baru update sekarang lagi😭🙏

***

17. Kesepakatan

***

"Berat banget kebanyakan dosa!" keluh Caca sembari membenarkan satu tangan Ilham yang mengalung di lehernya.

Akbar yang turut membantu menyahut dengan kekehan pelan. "Ini mah keberatan cinta dia ke Nenda yang nggak nanggung-nanggung, Ca."

Caca dan Akbar kembali berjalan beriringan membawa Ilham keluar dari markas Drax dalam keadaan mabuk. Susah payah mereka menjaga keseimbangan agar Ilham tidak terjatuh. Sementara Ilham sejak tadi tidak berhenti mengomel. Menggumamkan nama Nenda seolah tengah berbicara langsung dengan cewek itu.

"Nenda... sebenernya gue nggak tau cinta gue ke lo beneran ada atau nggak?" Ilham tertawa pelan. "Gue pengin lo nganggep keberadaan gue, tapi gue juga nggak mau egois. Gue nggak mau maksa lo."

"Gue nggak mau lihat lo deket-deket sama Dewa, tapi kenapa pas gue lihat lo deket sama cowok lain gue merasa biasa aja."

"Hahaha... gue kenapa, Nen?"

"Kenapa gue, Nen?"

"Nen, gue kenapa?"

"Diem, Ham," suruh Akbar. Telinganya panas mendengar setiap ocehan tidak bermanfaat yang keluar dari mulut Ilham.

Merasa namanya disebut, Ilham menatap Akbar dengan mata tidak sepenuhnya terbuka. "Gue kenapa, Bar?"

"Diem!" kesal Akbar membekap mulut Ilham dengan telapak tangannya selama beberapa detik.

"Kenapa gue, Bar?"

"Bar, gue kenapa?"

"Ham, lo tuh berat jadi cukup bikin gue keberatan aja. Nggak usah bikin telinga gue panas karena ocehan lo."

Tidak menggubris, Ilham kembali menatap Akbar diikuti tawa yang terdengar begitu menyebalkan. Bukannya takut melihat tatapan peringatan yang Akbar berikan, ekspresi Ilham justru terlihat semakin tengil.

"Lo ganteng, Bar kalau muka lo nggak kelihatan kayak gini," kekeh Ilham setelah melempar kemeja yang tersampir di pundaknya hingga menutup wajah Akbar dengan sempurna.

Helaan napas kasar keluar dari Akbar. Ia menyampirkan kemeja Ilham di sisi pundaknya. Untungnya ia menyadari kalau keadaan Ilham sekarang sedang setengah sadar. Kalau tidak, kesabarannya mungkin tidak akan seluas ini.

"Katanya gue suka Nenda, Bar. Tapi gue—"

"Kak Ilham tuh berat jadi mending diem aja daripada kita lempar ke got!" ancam Caca. Lama-lama ia ikut emosi seperti Akbar mendengar ocehan Ilham. "Diem! Jangan berisik!"

"Gue—"

"Mau aku lempar ke got?!"

Ilham menatap Caca dengan gelengan pelan. Matanya mengerjap dengan wajah memelas.

"Makanya diem. Nurut."

Perlahan bibir Ilham terkatup rapat. Ia menegakkan kepala, lalu diam dengan tatapan lurus ke depan. Membuat Caca dan Akbar kini lebih mudah menuntun jalannya. Meski tetap berat setidaknya tidak sesusah sebelumnya.

Melihat Ilham benar-benar diam, Akbar menjatuhkan tatapannya pada Caca. Terkejut sekaligus takjub. Bisa-bisanya Ilham langsung menurut begitu saja saat Caca menyuruhnya diam. Sementara perintahnya tadi sama sekali tidak punya harga diri karena terus diabaikan.

"Keren, Ca!" Akbar mengacungkan jari jempolnya ke Caca.

Caca tertawa pelan. Tidak jauh dari tempat mereka berjalan sekarang, Caca melihat sebuah angkot yang tengah berhenti di depan sekolah. "Kak Akbar, kita naik angkot aja lah. Nunggu taksi dari tadi juga nggak ada yang lewat. HP aku ketinggalan di sekolah. HP Kak Akbar mati gara-gara dibanting Kak Ilham. HP Kak Ilham kehabisan baterai. Nggak mungkin bisa pesen taksi online."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FAVORABLEWhere stories live. Discover now