10. Yakin, Ini Rasa?

4.8K 328 21
                                    

"Tidak akan ada yang namanya perasaan berharap, kalau kamu tidak memulai semua ini dengan kenyamanan."

-Stupid Feeling-

Sudah setengah jam lebih Dean berada di lapangan basket indoor sekolahnya. Tangannya tak henti-hentinya memantulkan bola berwarna orange itu tanpa memasukkannya ke dalam ring basket.

Ia menghela nafasnya pelan. Ekspresi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi menjengkelkan seperti yang biasa ia tunjukkan kepada orang lain. Entahlah, Dean terlihat sangat lesu hari ini.

Tepat saat Dean ingin memasukkan bola basket ke dalam ring untuk pertama kalinya setelah bola itu hanya ia pantul-pantulkan saja, teriakan dari sesosok laki-laki berambut agak gondrong membuatnya tersentak dan menengok ke arah suara.

Terdengar sebuah umpatan ia lemparkan kepada sosok itu. Ia melempar bola basket yang tadi tak sempat dimasukkan ke dalam ring kepada laki-laki yang diketahui bernama Wisnu tersebut.

"Weessss! Santai, mas." Wisnu menangkap bola tersebut dengan kedua tangannya.

Dean hanya menghela nafasnya dalam. Ia sengaja ke lapangan basket ini untuk sekedar menghilangkan penat dengan menyendiri disini. Tapi kenapa malah muncul makhluk penganggu tak diundang bernama Wisnu.

Dengan langkah gontai, Dean berjalan menuju tribun penonton di urutan kedua. Ia menatap Wisnu yang masih setia dengan bola basket yang dilemparnya tadi.

"Dicariin Vira tuh," Bola basket yang Wisnu lempar tepat masuk ke dalam ring seiring dengan ucapannya tadi. Sebelum kemudian kembali memantul beberapa kali di lapangan.

Wisnu memang pandai dalam hal bermain basket. Ia juga sering ditawarkan untuk masuk klub basket sekolahnya, tetapi memang dasar si Wisnu ini nggak suka masuk klub-klub yang menurutnya nggak jelas dan hanya buang-buang waktu, berkali-kali pula ia menolak tawaran itu.

Sedangkan Dean? Sama halnya sepeti sahabatnya Wisnu, ia juga sebenarnya pandai bermain basket, tetapi juga malas bergabung dengan klub basket sekolahnya. Alasannya? Menurut Dean, kapten basketnya arogan, sok cakep, sok famous, sok cool, padahal tampangnya biasa aja.

Malah menurut Dean, dirinya jauh lebih ganteng dibanding ketua tim basket sekolahnya itu.

Overdosis micin ini orang..
Pede gileee..
Istighfar Dean..

Dean mengerutkan keningnya sambil menyenderkan tubuhnya di kursi penonton. Ia tak menjawab apapun, memilih menunggu Wisnu untuk melanjutkan kalimatnya.

Mendengar tak ada tanggapan dari Dean, Wisnu kembali melanjutkan kalimatnya sambil terus mendribble bola. "Lo apain lagi tuh anak? Kayaknya marah banget sama lo."

Kedua sisi bibir Dean terangkat ke atas. Matanya menerawang menatap lapangan.

"Gue cerita ke temen-temennya kalo dia baper sama gue."

Wisnu berhenti mendribble bola. Menatap Dean sebentar lalu menggeleng sambil tertawa kecil. "Sinting lo!" Bola kembali masuk ke dalam ring setelah Wisnu kembali melemparkannya untuk kesekian kalinya.

Wisnu berjalan mendekati Dean yang masih terkekeh tidak jelas. "Pantesan dia mencak-mencak nyariin lo dari tadi." ucap Wisnu sambil duduk di sebelah Dean.

Lagi-lagi Dean hanya tertawa, namun kali ini terdengar lebih keras. Dapat ia bayangkan bagaimana wajah perempuan itu ketika marah-marah saat mencarinya.

"Memangnya, Vira beneran baper sama lo?"

"Enggak, sih."

Wisnu menatap bingung Dean. Jadi sebenarnya apa maksud sahabatnya ini? Membuat Vira malu di hadapan sahabat-sahabatnya? Atau apa?

Stupid Feeling  [COMPLETED]Where stories live. Discover now