28. Bukan Prioritas

3.5K 247 46
                                    

"Bodohnya aku adalah, masih saja tidak sadar kalau prioritasmu itu dia. Bukan aku."

"Mau makan dulu, atau langsung ke Gramedia aja?"

"Laper?"

"Nggak juga sih,"

Vira memutar bola matanya jengah. Apa sih mau cowok di hadapannya ini, jadi mau makan atau tidak. Tanpa basa basi, ia langsung saja menarik lengan cowok itu menuju ke sebuah cafe  tak jauh dari Gramedia.

Yang ditarik pun hanya pasrah saja. Toh, ia juga merasakan getaran aneh dalam hatinya kala Vira memegang tangannya. Ralat. Bukan memegang, menyeret mungkin lebih tepat.

Keduanya memilih tempat duduk di dekat jendela kaca di cafe tersebut. Alasan lain mengapa Vira memilih lokasi tersebut juga karena di dekat jendela itu terdapat sebuah colokan.

Ia ingin mencharge handphone nya yang mungkin akan low batt dalam beberapa menit lagi jika saja tidak segera dicharge.

"Mba," panggil cowok itu kepada seorang pelayan. Tak lama, seorang wanita sekitar umur dua puluhan ke atas datang dengan catatan kecil dan pena untuk mencatat pesanan.

"Mau pesan apa, Kak?" tanya pelayan itu dengan ramah.

"Saya pesen--"

"Cheese cake sama hot chocolate." serobot Vira lebih dahulu. Membuat cowok itu cengok sebentar.

"Yaudah, Mba. Saya samain aja kaya dia."

Setelah pelayan itu pergi, Vira kembali fokus menatap layar handphone nya. Tidak ada notifikasi sama sekali, bahkan dari orang yang ia harapkan akan menemaninya hari ini.

Ia kembali melihat pesan yang dikirimnya pada orang itu beberapa saat lalu. Bahkan pesan yang ia kirimkan belum dibaca sama sekali. Ada rasa kecewa yang menyelinap di dalam hati kecilnya.

"Lo kenapa?"

"Eh, nggak. Nggak papa, Kak." Vira mencoba menampilkan ekspresi bahwa ia baik-baik saja. "Kak Eza, nggak papa kan?" tanya Vira balik.

"Lah, gue mah baik-baik aja kali." jawabnya dengan sedikit tertawa karena merasa aneh dengan pertanyaan Vira. Memangnya ia kenapa? Sampai harus ditanya juga.

Ya. Itulah kenyataan yang terjadi. Vira bukan ditemani oleh Dean seperti yang mungkin kalian tebak sebelumnya. Vira ditemani oleh Eza, karena pesan yang ia kirimkan tak juga mendapatkan balasan dari Dean.

Vira bahkan sudah menunggu balasan hampir setengah jam. Namun sia-sia saja, Dean tak juga membalas pesan darinya.

Padahal menurutnya, Dean adalah tipikal orang yang tidak bisa lepas dari handphone. Dan juga, biasanya Dean selalu langsung membalas pesan darinya.

Lalu mengapa kali ini Dean tak membalas pesannya? Apa Dean sedang tidur? Atau sedang sibuk? Atau, Dean sengaja tidak membalas pesannya?

Ah, sudah sejak keberangkatannya dengan Eza tadi Vira memikirkan hal itu. Tapi percuma, ia tidak mendapat jawaban sama sekali.

Dan soal Eza, kebetulan saat Vira sedang menunggu balasan pesan dari Dean, Eza datang ke rumahnya. Cowok itu datang membawa oleh-oleh dari orang tuanya yang baru saja pulang dari Bandung untuk kedua orang tua Vira.

Yep, kedua orang tua mereka berteman. Baru berteman ya, kemungkin untuk jadi besan juga ada lho. HAHAHA.

Dan saat itu juga, Vira yang sudah pasrah menunggu Dean, langsung meminta Eza untuk menemaninya. Eza juga sempat bingung tadi, tapi kebingungannya enyah begitu saja saat kedua iris mata hitam pekat milik Vira menatapnya penuh harap.

Stupid Feeling  [COMPLETED]Where stories live. Discover now