48. Biar Hati yang Bicara

2.8K 183 17
                                    

"Perihal hati dan perasaan memang tidak pernah bisa diatur semau kita. Saat kita inginnya melupa, terkadang hati justru melakukan yang sebaliknya."

*****

Akhirnya. Hari yang dinantikan oleh semua murid SMA Nusantara pun tiba. Hari di mana ujian akhir semester berakhir, dan libur panjang akhir tahun ada di depan mata.

Semua murid keluar dari ruangan ujian dengan wajah berbinar. Hanya tinggal menunggu pembagian raport, mereka akan segera menikmati liburan mereka masing-masing. Tak ada lagi beban tugas dan segala pelajaran memusingkan itu.

"Alhamdulillah! Akhirnya selesai juga neraka lima hari kita." Luna menyahut dengan senangnya saat keluar dari ruang ujiannya bersama dengan Nadine, Melia, dan juga Vira.

Nadine dan Melia mengangguk dengan wajah yang tak kalah senang. Sedangkan Vira, cewek itu hanya tersenyum tipis menanggapi kegembiraan sahabatnya.

"Liburan tahun ini kalian ke mana?" tanya Melia sembari terus berjalan menyusuri koridor kelas, diikuti dengan yang lainnya.

"Lo kemana, Lun?" tanya Nadine balik kepada Luna.

Luna menaikkan kedua bahunya. "Sekarang belum ada rencana, sih. Nggak tau nanti." Nadine dan Melia mengangguk mengerti. "Lo ke mana, Nad?"

"Belum tau juga mau ke mana."

Baik Melia, Nadine, maupun Luna merasa ada yang janggal dalam percakapan singkat mereka kali ini. Dan sumber kejanggalan itu adalah Vira yang sejak keluar ruang ujian hanya diam saja tanpa ada niat bergabung dalam obrolan.

Ketiga remaja itu saling melempar pandangan seolah bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dan berakhir dengan Melia yang akhirnya mendekat dan bertanya pada Vira.

"Nyariin siapa sih, Vir? Daritadi celingukan sana sini."

Vira yang memang sedang menoleh ke arah lain pun sedikit kaget dengan pertanyaan Melia yang menurutnya tiba-tiba, karena sejak tadi ia memang tidak fokus dengan pembicaraan ketiga sahabatnya itu.

"Eh? Nggak kok, Mel. Nggak nyariin siapa-siapa."

Bohong kalau Vira tidak mencari siapapun. Jelas saja sejak pagi tadi, ia terus mencari seseorang yang akhir-akhir ini sering menaruh sekotak susu cokelat di mejanya.

Pagi ini, Vira tidak menemukan susu cokelat itu, bahkan orang yang biasa menaruh susu cokelat itu pun tak dilihatnya hari ini.

Dean. Cowok itu sama sekali tidak menampakan batang hidungnya hari ini. Padahal, hari ini adalah hari terakhir ujian semester. Mengapa cowok itu malah tidak hadir?

Berbagai pertanyaan sejak tadi menyelimuti pikiran Vira. Mulai dari alasan Dean tidak masuk hari ini, sampai mengapa ia terus mencari Dean seolah merasa kehilangan.

"Kalo gue liat dari gelagatnya nih, pasti lo nyariin Dean yang nggak masuk hari ini kan? Ngaku nggak lo?" selidik Luna dengan tatapan mengintimidasinya.

Nadine mengernyit menatap Vira, sebelum akhirnya ia tertawa mengejek sembari menyenggol lengan Vira. "Kemarin aja sok nolak, sekarang malah nyari-nyariin."

"Semua memang akan terasa lebih berharga kalo udah nggak ada." timpal Melia, yang membuat Vira membuang pandangannya ke tempat lain. Malas dengan topik yang menyudutkan dirinya.

Ketiga sahabatnya memang sudah ia beritahu mengenai dirinya yang menolak memberikan Dean kesempatan kedua kemarin. Mereka semua memaklumi dan tetap mendukung keputusan Vira, kecuali Nadine.

Walaupun terlihat mendukung, tapi sebenarnya Nadine agak kecewa dengan keputusan sahabatnya itu. Ia masih sangat-sangat yakin, kalau Vira sama sekali belum menghilangkan perasaannya pada Dean.

Stupid Feeling  [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu