12. Rasa

4K 260 23
                                    

"Gila. Ketika seseorang dapat membuat kamu merasakan seribu rasa yang berbeda dalam satu waktu."

-Stupid Feeling-

"Kak Eza!"

Merasa namanya dipanggil oleh seseorang, Eza menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya barusan. Ia tersenyum ramah kepada orang tersebut.

"Saya mau ngomong sama Kakak," lanjut Vira. Ya, seseorang yang baru saja meneriaki Eza dari ujung koridor tadi adalah Vira.

Ia sengaja datang lebih pagi agar bisa bicara dengan seniornya itu. Karena sepengetahuannya, Eza adalah orang yang cukup sulit diajak bicara jika ia sedang sibuk dengan tugasnya.

Eza yang tak mengerti maksud perkataan adik kelasnya itu mengerutkan keningnya bingung.

Tanpa menunggu respon selanjutnya dari Eza, Vira langsung saja menarik tangan kakak kelasnya itu menuju ke rooftop sekolahnya.

Tatapan para siswa siswi lain di koridor tersebut tidak membuat Vira malu atau minder. Ia tetap menarik tangan Eza. Membuat sang pemilik tangan sedikit kewalahan saat berjalan.

Hal itu membuat Eza makin bingung dengan tingkah Vira.

Ini orang maksudnya apaan, sih? Asal tarik aja. Batin Eza tak mengerti.

Undakan demi undakan anak tangga telah mereka lewati. Sampai pada anak tangga terakhir menuju rooftop, Eza melepas pergelangan tangannya dari Vira.

"Eh, maaf, Kak. Saya reflek tadi." Vira tersenyum kikuk sambil menunduk. Menyembunyikan wajahnya. Malu.

Duh, kenapa gue jadi deg degan nggak jelas gini sih?

Menghela nafas dalam, Eza berjalan ke rooftop mendahului Vira. Ia duduk di pinggiran rooftop dan menggantung kakinya. Tatapannya tertuju pada lapangan outdoor sekolahnya yang tampak luas jika dilihat dari tempatnya duduk.

Setelah memantapkan niat dan menetralkan degupan jantungnya, Vira berjalan menyusul Eza. Ia ikut duduk di sebelahnya.

Keduanya masih saja diam jika saja Eza tidak berdeham agar Vira segera memulai pembicaraan. Jujur saja, ia masih kesal karena beberapa hari ini Vira tidak pernah mengikuti rapat klub musik. Padahal, acara Dies Natalies sekolahnya sudah mendekati hari H.

"Lo mau ngomong apaan, sih? Gugupnya udah kayak mau nembak gue,"

"Lo mau ngomong apaan, sih? Gugupnya udah kayak mau nembak gue,"

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.


Vira lantas membelalakkan matanya. Detik selanjutnya, ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Nggak kok, Kak. Apaan, sih."

Berasa ganteng banget kali yaa ini orang? Batin Vira sambil menatap aneh ke arah seniornya itu.

Hell? Gue nembak Kak Eza? Gila apa ya ini orang? Apa otaknya udah pindah ke jempol kaki ya?

"Saya mau minta maaf karena beberapa hari ini nggak pernah ikut rapat," Vira menunduk lesu. Ia tak berani menatap seniornya itu. Takut kalau Eza akan memarahinya nantinya.

Stupid Feeling  [COMPLETED]Där berättelser lever. Upptäck nu